"Liturgika" Pengembangan Liturgi Secara Kontekstual dari masa ke masa
Mata
Kuliah : Liturgika/Ibadah
1
Dosen
: Pdt. Yanny
Rende M.T
Pokok
Bahasan : Pengembangan Liturgi
Secara Kontekstual (dari masa ke masa)
Isi/Pembahasan |
A. Liturgi
Empat Abad Pertama
Sebagaimana
masa-masa awal seorang manusia merupakan pengarah perjalanan selanjutnya,
demikian pula sejarah. Pegaruh terkuat dalam liturgy awal datang dari Ibadah
Yahudi. Kemudian budaya Yunani Helenistik. Yesus tidak pernah memberikan tata
ibadah yang harus dilakukan oleh gereja. Informasi Alkitab mengenai bentuk
liturgy Gereja Mula-mula berdasarkan Kisah Para Rasul 2:41-42 menuliskan bahwa
“orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis. Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, dan mereka selalu
berkumpul untuk memechkan roti dan berdoa. Tak ada informasi detail tentang
tata liturgy, hanya disebut adanya baptisan, pengajaran, liturgy, pemecahan
roti, dan doa dalam Gereja Mula-mula. Mereka mengenal ibadah Yahud sebab
kebanyakan dari mereka adalah orang Yahudi. Kemudian budaya Yunani mempengaruhi
sebab banyak orang Yahudi hidup tersebar dalam budaya Yunani. Liturgy awal
adalah dasar perkembangan dan akar pembentkan liturgy sepnjang ejarah.
Perkembangan liturgy sejak awal ini hingga zaman Patristik yakni zaman
bapa-bapa gereja empat abad pertama dalam sejarah gereja termasuk dalam
kriteria liturgy awal. Akar-akar sakramn dan sacramental, ritus-ritus,
unsur-unsur, tahun liturgy, waktu-waktu ibadah, dan formla-formula liturgy
terbentuknya disini.
Tata
Liturgi sinaksis :
-
Pembacaan Alkitab, terdiri dari
Taurat, Nabi-nabi, Surat Rasuli, Injil
-
Menyanyikan Mazmur-mazmur dan
pujian
-
Pembacaan Injil
-
Homilia, yaitu pengajaran dan
penjelasan kitab suci
-
Berdoa (termasuk doa syafaat)
Liturgi awal berjalan tanpa terikat pada
buku-buku liturgi, tata liturgi, formula liturgi dan aturan-aturan liturgi
lain. Liturgi gereja mula-mula dikenala melalui cara dan sikap mereka hidup,
bukan melalui cara liturgi dilayankan. Spiritualitas liturgi harian dipraktikan
oleh gereja sepanjang masa.
B. Liturgi
Menjelang Abad-Abad Pertengahan
Ada
satu masa dalam sejarah gereja yang disebut menjelang abad-abad pertngahan. Masa
tersebut berlangsug sekitar satu setengah abad, antara zaman setelah Augustinus
dan sebelum Gregorius I. masa ini menjadikan agama Kristen sebagai negara
Romawi, sebagai agama yang bebas dan terbuka dalam penampilannya. Keadaan
tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan politis sehingga orang menjadi Kristen
tidak dengan segenap hati. Peribadahan agama lama dilarang, tetapi
ritus-ritusnya terbawa masuk kedalam liturgy. Gereja melihat peribadahan agama
lama sebagai “gudang bahan” yakni sumber inspirasi dan variasi untuk dibawa
kedalam liturgy. Akibatnya tak terhindarkan iturgi mengandung rembesan
kekafiran dan sekulerisme. Pada pihak lain orang lebih menyukai hana mengikuti
liturgy secara pasif. Keikusertaan umat dalam liturgy menurun sebab ibadah dan
gedung gereja telah ditangani langsung oleh para rohaniawan penuh waktu.
Liturgy menjadi sekedar tontonan; pemerannya adalah para imam. Dampak lain bagi
liturgy dan perkembanganna adalah pada suatu pihak liturgy dirayakan dengan
lebih megah, lebih terbuka, lebih semarak, lebih menarik perhatian.
C. Liturgi
Abad-abad Pertengahan Pertama
Masa
abad-abad pertengahan Diwali dengan runtuhnya politik negara Romawi yang
dimanfaatkan secara baik oleh Uskup. Ia mulai memegang kuasa waktu pusat
pemerintahan Romawi dipindahkan ke Byzantium. Opini masyarakat waktu itu ialah
di kala kaisar tidak lagi berkuasa, gereja dan Uskup Roma menggantikan kaisar.
Sejak abad ke-5 itu Uskup digelari Paus atau Papa, artinya bapak, dan
menganggap diri dipanggil Tuhan menjadi kepala Gereja selaku “rasul Petrus”. Sejumlah
imam dikirim oleh gereja. Bersamaan dengan itu penyebaran penginjilan
menyebabkan penyebaran liturgy dan tradisinya ke gereja-gereja baru.
Keberbagaian corak liturgy pada awal Abad-abad pertengahan makin nyata. Sekitar
abad ke-7 ritus-ritus liturgy yang berbeda baik di Timur maupun Barat telah
menemukan bentuk dasar dan ciri khas masing-masing. Dalam sejarah gereja abad
ke-5, ada dua rumpun tradisi besar dalam liturgy yaitu 1) Liturgi Roma dan 2)
Liturgi Gallia.
D. Liturgi
Abad-abad Pertengahan Kedua
Negara
tidak lagi menguasai gereja, ada pembatasan wewenang antara pemerintah dan
gereja. Pengangkatan uskup dan imam tidak lagi dilakukan oleh kaisar, atau awam
manapun tetapi oleh gereja. Abad-abad pertengahan tidak hanya diwarnai politik,
yakni perseteruan antara gereja dan negara. Muncul pula dampak lain setelah
gereja ingin mengtasi kuasa negara. Dampak tersebut terjadi dalam tubuh gereja
sendiri. Perayaan liturgy adalah salah satu dampak tersebut. Katedral-katedral
menjadi makin kokoh, sejumlah gedung gereja yang megah didirikan. Liturgy Papal
menjadi model dasar bagi gereja Eropa pada abad-abad pertengahan. Sehubungan
dengan katedral muncul pula sejumlah paroki yang adalah bentuk kecil dari
katedral. Paroki dipimpin oleh umat setempat melalui persembahan persepuluhan
berupa uang, barang atau roti dan anggur. Tugas imam yang utama adalah sebagai
Pembina rohani dan termasuk juga mengatur perayaan sakramen di gereja, semisal
baptisan.
E. Liturgi
Masa Reformasi
Reformasi gereja abad ke-16 adalah
salah satu tahap enting dalam sejarah liturgy. Para reformator tidak hanya
mengguncang tata gereja, mereka juga membarui praktik liturgy abad-abad
pertengahan, terutama abad pertengahan kedua. Akan timbulnya sebuah reformasi
telah tampak menjelang Abad-abad pertengahan, pembaharuan tersebut menyangkut
pembaruan negara dan gereja.
·
Martin Luther (1438-1546)
Luther adalah seorang pembaru
gereja yang sabar dan hati-hati dalam hal liturgy. Ia melakukan perubahan dan
pembaruan secara bertahap, dan tentu saja memakan waktu. Ia memulainya dari
liturgy roma. Sebagaimana dalam buku Formula
Missae, Luther memberikan contoh bahwa umat berhak menerima ekaristi dengan
dua elemen yaitu roti dan anggur melalui tangannya sendiri. Liturgy adalah
pemberitaan firman, seluruh aktivitas digereja dinilai menurut ukuran tersebut.
Oleh karena itu, pembacaan Alkitab dan khotbah disampaikan dalam bahasa
pribumi, sedangkan yang lain masih boleh disampaikan dalam bahasa Latin. Sebagai
pembaru, Luther (dan kemudian Calvin juga) mengadakan reformasi liturgy dengan
berangkat dari akarnya, yaitu Alkitab, Gereja Mula-mula, dan struktur misa Roma
yang terutama liturgy dari aman Patristik. Luther membersihkan gereja dari
unsur-unsur kafir, paung-patung dan gambar orang kudus dalam gereja harus
dihilangkan.
·
Johannes Calvin (1509-1564)
Berbeda dari Luther, calvin
memberi sumbangan besar dalam perkembangan liturgy. Di Strassburg, ia dan
teman-temannya memulai suatu pekerjaan yang kini menjadi warisan bagi gereja
reformasi, yaitu penyusunan tata liturgy dan nyanyian jemaat. Johannes Calvin
meneruskan dan mengembangkan liturgy berdasarkan beberapa liturgy yang tela ada
dari kedua pendahulunya. Dari Calvin lahir dua liturgy yang sepola, yaitu
Liturgi Jenewadan Liturgi Strassburg.
F. Praktik
Liturgi Di Gereja-Gereja Reformasi
Gerakan Reformasi pada abad ke-16
melahirkan beberapa unsur baru di dalam pembentukan liturgy. Liturgy Protestan
hendak menyatakan bahwa di gereja Protestan tidak ada liturgy yang satu sebab
tidak ada satu gereja Protestan sebagai mana halnya Katolik Roma dan Anglican-
terutama sebelum terasa dampak dari gerakan liturgis dan konvergensi liturgy
dari Dewan Gereja-gereja se dunia dengan tersusunya Liturgi Lima-Peru (1983).
Sebagaimana gereja, liturgipun senantiasa berada dalam proses membarui.
Refleksi teologis atas praktis liturgis mempunyai peran penting agar pembaruan
liturgis yang dihasilkan tidak hanya berdasarkan kegemaran sesaat, selera
individu semata, atau trend zaman, refleksi teologis diperlukan. Tidak ada
liturgy yang bersifat kekal, sempurna, dan tidak dapat diperbaharui sepanjang
masa. Secara umum ada tujuh prinsip dalam liturgy sehingga berwarna reformatis,
yaitu :
1) Liturgi dilayankan dalam
bahasa umat.
2) melalui FirmanNya
3) Jika perjamuan kudus dirayakan
sebagaimana printah Kristus, umat berhak dan wajib menerima komuni.
4) pembedaan antara komuni antara
imam-menerima dua elemen-dan umat-menerima satu elemen-harus diakhiri.
5) umat terlibat aktif dalam
liturgy dengan menyanyikan nyanyian jemaat.
6) doa hening oleh pelayan
dihilangkan.
7) pelayan liturgy tidak
mngenakan pakaian liturgis yang hanya membedakannya dari umat.
G. Liturgi
Zaman Modern
Liturgi
zaman ini dikenali melalui imbas penyesuaian dengan budaya, baik pada locusnya
maupun secara ekumenis. Dua hal tersebut menjadi pergumulan liturgis yang
sejalan dengan pergumulan teologi secara umum; didalamnya termasuk teologi
budaya. Bagi gereja-gereja Protestan oikumenis, pembaruan liturgy sejalan
dengan gerakan oikumenis. Puncak pembaruan adalah dengan munculnya Liturgi lima
pada tahun 1982 di Peru melalui konfrensi Komisi Iman dan Tata Gereja dari
dewan gereja-gereja sedunia. Dan secara umum, terjadi pula dengan penerbitan
revisi buku-buku liturgy gereja. Penyesuaian dan gerakan liturgy memberikan
pembaruan pada unsur-unsur di dalam liturgy. Tata ibadah, termasuk tata ruang,
para petugas, simbolik, tata gerak, music, dan sakramen, dalam liturgy
ditempatkan dalam pemahaman kontekstualitas dan semangat gerakan liturgis. Sejarah penyesuaian liturgy pada abad ke-20
tiba pada pergumulan kontekstualisasi, terutama bagi gereja-gereja di Asia,
termasuk di Indonesia. Istilah kontekstualisasi mulai dimunculkan oleh Dewan
Gereja-gereja se-Dunia (DGD) pada tahun 1972 dalam terbitan Theological
Education Fund. Segera setelah istilah kontekstualisasi menjadi marak di dunia
teologi. Ada dua macam pola piker kontekstualisasi : Pertama, sikap gereja penerima. Yang dimaksud ialah merelevankan
pergumulan teologis bagi gereja-gereja di daerah bekas misi. Kedua sikap gereja pengirim ada keadaran
bahwa kontekstualisasi bukan seperti mengganti baju luar tanpa mengganti jiwa. Gerakan
liturgis memerlukan keterlibatan semua pihak di dalam gereja. Sebagaimana upaya
pencarian makna hidup, adalah mahal. Ia akan menguras banyak tenaga, pikiran,
perasaan, perhatian, keseriusan, dana dan sebagainya. kedewasaan dalam berpola
piker harus mulai diupayakan dmei menunjang pembaruan liurgi untuk merayakan
iman.
§
Kesimpulan Liturgi
sejak empat abad pertama hingga sampai pada zaman modern terus mengalami
perubahan. Baik karena dipengaruhi keadaan politik, negara sampai kepada
pemimpin Gereja. Perubahan terjadi tidak hanya pada bentuk atau tatacara ibadah
tetapi sampai kepada bangunan gedung gereja, tetapi juga menyangkut
kepemimpinan yang membawa dampak pada Jemaah yang ada. Terdapat juga
tokoh-tokoh reformasi seperti Marthin Luther dan Johannes Calvin yang berperan
besar dalam perkembangan liturgy. Gerakan liturgis memerlukan keterlibatan
semua pihak di dalam gereja. Sebagaimana upaya pencarian makna hidup.
§
Daftar
Pustaka Rachman Rasid, Pembimbing Ke
Dalam Sejarah Liturgi. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2012
Komentar
Posting Komentar