RINGKASAN SARI FILSAFAT INDIA

RINGKASAN SARI FILSAFAT INDIA
Penulis : Dr. Harun Hadiwijono
Penerbit : PT.BPK GUNUNG MULIA

BAB I
ZAMAN WEDA
a.       Zaman Weda Samhita

Zaman ini hidup manusia yang dikuasi oleh penyembahan kepada dewa-dewa. Ada dewa langit, dewa angkasa dan dewa bumi. Istilah dewa berarti “terang” misalnya : matahari, bulan, langit, bintang, fajar, hari, api, dan sebagainya. Para ahli pada umumnya berpendapat bahwa para dewata yang disembaha orang pada waktu itu sebenarnya adalah kekuatan alam yang dipandang sebagai berpribadi. Dewa dipandang sebagai kekuatan yang kongkrit yang karenanya mereka juga disembah secara kongkrit nyata dalam pesajian atau korban. Jika seseorang membeutuhkan pertolongan dan keperluan baik dalam perang, penobatan raja, dan sebagainya maka mereka mencari dewa dengan mengundang untuk menghadiri upacara persembahan korban yang diadakan bagi dewa tersebut. Dan agar korban tersebut diterima maka diperlukan mantera tertentu.
Salah seorang Dewa Waruna yaitu dewa yang penting bisa disebut juga dewa langit. Ketika bangsa Arya memasuki India karena masih harus banyak berperang Dewa ini kurang dipuja. Karena pada waktu itu banyak dipuja Dewa Indra yakni dewa perang. Dewa Waruna dipandang sebagai dewa tertinggi, dewa segala dewata yang dengan seksama mengawasi bukan hanya tata tertib alam semesta melainkan tata tertib hidup kesusilaan. Tata tertib dunia ini disebut Rta yang secara harfiah berarti “perjalanan segala sesuatu” yang kemudian menjdi bapa segala sesuatu. Kemudian nama Rta ini menjadi tempat yang penting dan disebut dharma.
Mengenai asal mula dunia ada mantera-mantera yang menyebutkan bahwa dunia dijadikan oleh dewa-dewa, tapi juga ada mantera yang menyebutkan bahwa pada mulanya dunia adalah air, yang karena daya kekuatan waktu atau daya kekuatan anfsu (kama) atau kekuatan lain. Mengenai susunan dunia dikatakan, bahwa dunia ini terdiri dari tiga bagian, yaitu sorga, langit dan bumi yang masing-masing dipimpin oleh dewa-dewanya sendiri.

b.      Zaman Brahmana

Zaman ini ditandai oleh Kitab Brahmana, yaitu bagian Weda yang berisi peraturan dan kewajiban keagamaan yang disusun dalam bentuk prosa. Kitab barhmana berasal dari kata brahman yang berarti doa, yaitu ucapan-ucapan sakti yang diucapkan oleh para imam atau para Brahmana pada waktu mereka berkorban. Bersamaan dengan menonjolnya korban, para imam yang melayani korban dengan sendirinya juga menjadi penting. pada zaman ini timbullah cerita-cerita dalam bentuk mite yang menguraikan asal mula para imam atau brahmana. Dan terjadi pembagain masyrakat dalam empat kasta, yaitu : kasta barhmana (para imam), kasta yang tertinggi, kasta Ksatrya (para pemegang pemerintah), kasta Waisya (para pekerja) dan kasta Sudra (rakyat jelata dan budak-budak).
Dilihat dari segi filsafat, zaman Brahmana menjadi zaman pendahuluan pemikiran yang secara metafisis. Bahan-bahan filsafat masih tersebar secara tidak teratur karena penguaraian yang lebih sistematis baru terjadi pada zaman berikutnya yaitu zaman Upanisad. Di zaman brahmana mulai mengarahkan perhatiannya kepada manusia sendiri dimana manusia dibedakan anatara bagian yang kelihatan “rupa” dan yang tidak kelihatan”tubuh”. Mengenai nasib manusia setelah mati ada perbedaan pandangan dengan kitab Weda samshita yaitu bahwa orang jahat akan dibinasakan sedang orang baik akan hidup kekal. Dalam kitab brahmana  bahwa baik orang jahat maupun baik keduanya akan dilahirkan kembali.

c.       Zaman Upanisad

Sumber pokok bagi filsafat zaman ini terdapat dalam kitab yang disebut Upanisad. Ada banyak sekali kitab Upanisad dan ajaran yang terkandung dalam kitab ini merupakan reaksi kaum Ksatrya terhadap kekuasan para imam brahmana . sudah dikemukakan bahwa pemikiran filsafati dilahirkan pada zaman ini tetapi hal ini tidak boleh diartikan bahwa ajaran didalamnya merupakan suatu sistim filsafat yang bulat dalam arti tehnis. Yang terang ialah bahwa pandangan yang menonjol dalam kitab-kitab Upanisad itu adalah suatu ajaran yang monistis dan absolutistis artinya : ajaran yang mengajarkan segala sesuatu yang bermacam-macam ini dilahirkan dari satu asas, satu realitas yang tertinggi.
Ajaran yang monistis ini sebenarnya mempunyai tujuan tertentu yaitu keagamaan. Dengan ajaran itu orang hendak menuju kepada asas-asas jiwani, menuju kepada hakekat rohani manusia, kepada intisari manusia sendiri. Dan intisari ditemukan dalam atman. Didalam kitab Brahmana ditemukan bahwa Atman tatau nafas hidup adalah pusat segala fungsi jasmani dan rohani manusia. Tentang atman dikatakan bahwa sekalipun ia duduk namun bergerak juga kemana-mana, dan sekalipun ia berbaring ia pergi kemana-mana. Ungkapan ini berarti bahwa Atman meliputi segala sesuatu, Ia diam didalam lubuk hati.
Pada zaman Upanisad timbullah suatu ajaran yang disebut karma yang berarti “perbuatan” dan kemudian dikenakan kepada akibat dari perbuatan itu. Ajaran tentan karma ini berakar pada ajaran tentang rta pada zaman weda samhita yang ketika itu berarti tata tertib dalam alam semesta. Semula diajarkan bahwa hukum karma ini berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang dilakukan orang dalam hidupnya sekarang ini. Telah diajarkan juga pada zaman ini mengenai kelahiran kembali yang diungkapkan secara mitologis demikian, bahwa orang yang menaklukan dunia  dengan persembahan korban dengan kedermawaan  dan kesederhanaan maka itu jika mati, jiwanya akan pergi kebulan dengan melalui  asap api yang membakar korban. Barangsiapa yang didalam hidupnya mencapai kesatuan dengan brahman disebut jiwanmukti. Baginya dunia ini memang masih tampak dalam bermacam-macam nama dan rupa, akan tetapi ia telah bebas dari anggapan bahwa keadaan dunia yang demikian itu adalah kebenaran yang terakhir.






BAB II
ZAMAN WIRACARITA

a.       Pandangan Umum

         Zaman ini penuh dengan kejadian penting dalam sejarah filsafat India. Pada waktu itu ada krisis politik yang menggoyahkan pemikiran orang India. Bangsa dari luar India memasuki India sehingga keamanan terganggu. Banyak orang mengeluh karena kemerosotan zaman dan kepercayaan kepada dewa telah merosot dan diikuti kemerosotan moral. Karena keadaan umum yang demikian itu maka timbullah banyak ahli pikir  yang ingin mengadakan pembangunan. Pemikiran berkembang kebanyak jurusan sehingga timbullah gagasan-gagasan yang saling bertentangan.  ada dua aliran yang mewakili kedua gagasan yang ada, yaitu filsafat agama Budha yang tidak mengakui adanya yang dipertuhan, dan Bhagawadgita yang bersifat theistis.

b.      Filsafat Agama Buddha

           Sebutan Budha berarti “Yang telah dicerahi”.sebutan ini adalah sebutan suatu tokoh rohani yang menurut keyakinan agama Buddha, pada zaman yang bermcam-macam yang telah lalu telah menjelma di dalam pribadi diri Pangeran Siddharta, putra raja Suddhodana dari kerajaan suku Sakya. Budhaisme lebih dipandang sebagai suatu filsafat, suatau usaha manusia dengan akalnya untuk mencari kedamaian dengan rumusan-rumusan  yang sistematis mengenai sebab dan akibat kejadian-kejadian yang dihadapi manusia didalam hidupnya. Tujuan hidup bukan kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan melainkan untuk masuk kedalam Nirwana, pemadaman suatu suasana, tanpa perasaan, tanpa keinginan, tanpa kesadaran, suatu keadaan dimana orang tidak lagi terbakar oleh nafsunya.
Ajaran Budha Gautama yang asli sudah tidak dapat diketahui lagi. Yang ada sekarang ini adalah penguumpulan berita-berita yang diteruskan oleh para murid, yang terjadi jauh setelah kehidupan Sang Budha sendiri. Ajaran itu sekarang terdapat dalam dua macam sumber, yang tertulis di dalam bahasa Pali dan Sansekerta. Sumber yang tertulis dalam bahasa Pali disebut Pitaka (keranjang). Sumber yang tertullis dalam bahasa Sansekerta ada banyak sekali, sekalipun hanya mewujudkan potongan-potongan saja. Ajaran Budha Gautama dapat dipandang sebagai suatu proses terhadap penekanan atas upacara-upacara keagamaan yang berlebihan.

c.       Bhagawadgita
Kitab ini barangkali ditulis pada abad ketiga atau kedua sebelum masehi, di daerah Yamuna dan Gangga barat yaitu tempat yang belum pernah dipengaruhi agama Hindu. Dalam pokoknya isi kitab ini menguraikan ajaran Krsna kepada Arjuna tentang bhakti (penyerahan diri). Jalan yang menuju kepada klepasan ada tiga, Jnana-marga, atau jalan kelepasan yang melalui pengetahuan, Karma-marga jalan kelepasan yang melalui karma atau perbuatan, Bhakti-marga yaitu jalan kelepasan yang melalaui bhakti atau kasih.


                                            

                                                BAB III
Zaman Sutra-sutra
a.       Pandangan Umum
              Dizaman yang lebih kemudian timbulah sutra-sutra yang menampakan corak yang bertentangan dengan ajaran weda dan juga sutra-sutra yang menjadi sumber sistim filsafat yang timbul pada zaman sutra-sutra.  Mula-mula upacara korbanlah yang diuraiakan secara sistematis, sehingga timbullah sutra-sutra  yang mengenai korban-korban.
b.      Nyaya
                Sistim nyaya membicarakan bagian umum filsafat dan metode untuk mengadakan penelitian yang kritis. Sumber pokok sistim nyaya ialah nyaya sutra, yang ditulis oleh Gautama pada abad keempat sebelum masehi. Pada k.l 400 masehi sutra ini diberi komentar oleh watyanyayana. Nyaya berpangkal pada keyakinan bahwa dunia diluar kita itu berdiri sendiri, lepas daripada pikiran kita. Cara menyususn uraian itu adalah sebagai berikut :
1.      Gunung itu berapi.
2.      Sebab ia berasap
3.      Apa saja yang berasap tewntu berapi
4.      Gunung berasap, sedang asap senantiasa menyertai api
5.      Jadi, gunung itu berapi
Alat ketiga untuk mendapatkan pengetahuan yang benar perbandingan (upamana) yaitu alat pengetahuan yang menjadikan orang tahu adanya keamanan antara dua hal.  Tuhan termasuk golongan jiwa. Perbedaanya ialah bahwa. Tuhan adalah jiwa yang tertinggi. Yang kekal yang berada dimana-mana dan kesadaran yang agung. Kelepasan diperoleh yang dengan pengetahuan yaitu pengetahuan akan yang disebut enambelas kategori yang diperlukan untuk menentukan kebenaran.
c.       Waisesika
                  Jalan pemikiran waisesika untuk dapat menyimpulkan adanya atom-atom itu adalah demikian : barang tertentu umpamanya buli-buli dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil. Hubungan seperti itu substansi dengan aktivitas. Kategori yang terakhir yang bersifat negative adalah abawa ketidak adaan yang menyatakan sesuatu tidak berada dalam suatu tempat, kategori ini harus dibedakan dengan tidak ada secara mutlak. Ajaran pokok dari sankya adalah bahwa ada dua zat asasi yang bersama-sama membentuk realitas dunia ini yaitu, purusia dan prakti roh dan benda, atau asas rohani dan asas bendani.perkembangan prakrti yang satu menjadi yang satu menjadi yang banyak itu adalah suatu suatu perubahan bentuk suatu transformasi bukan suatu perkembangan tempat.akhirnya dari anasir kasar berkembanglah alam semesta dengan segalah isinya, bumi dengan gunung-gunungnyadengan sungai-sungainya, dengan pohon-pohonyabinatang-binatangnya manusia manusianya.

d.      Sankhya

             Segalah sesuatu yang dirajai oleh tamaskebanyakan termasuuk dunia benda, diantaranya ada sebagian benda yang termasuk bsgisn bingkai tubuh kita. Sebenarnya purusia memiliki sifat berada dimana-mana akan tetapi kehadiran pernyataan-nya kehadiranya didalam dunia ini tidak pernah terjadi dibatas-batas tubuhnya, yang denganya purusia dihubungkan pada waktu ini.

e.       Yoga
        Yoga sebagai suatu cara untuk mengawasi pikiran, agar supaya kesadaran yang biasa diganti dengan yang luarbiasa, sebagai bukti bahwa orang telah mendapat pengamatan mistis yang bersungguh-sungguh telah dikenal orang India sejak zaman kuna. Hanya ada satu perbedaan yang terdapat pada sankyadan yoga yaitu soal tuhan. Sankya tidak memberi tempat kepada tuhan, tetapi yoga mengakui adanya Tuhan.
f.         Purwa-mimamsa
      Pokok pembicaraan didalam mimamsa ialah pengukuhan kewibawaan kitab weda dan pembuktian bahwa kitab weda membicarakan upacara-upacara keagamaan. Bagi manusia alat pengetahuan yang terpentiang ialah kesaksian yaitu kesaksian kitab weda. Menurut weda dharma meliputi dua macam tindakan yang diwajibkan baik yang berlaku pada umumnya, maupun yang berhubungan dengan upacara-upacara berkala dan tindakan yang tidak diwajibkan yang fakultatip.
g.       Wedanta
                  Sistim wedanta juga disebut sistim Utara-Mimamsa yaitu penyelidikan yang kedua, karena sistim ini mebicarakan bagian Weda yang kedua yaitu Upanisad. Karena bentuk Wedanta sutra itu sangat samar-samar, maka sukar sekali untuk dimengerti. Hal itu menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Didalam ajarannya terdapat kesatuan, akan tetapi di dalam ajaarannya yang teoritis tiada kesatuan.
BAB IV
Zaman skholastik
Zaman ini adalah zaman pemimpin-pemimpin besar, sebagai umpama-nya : sankara, ramanuja, madhwa. Sisti wedata yang terkenal dan besar adalah adwaita kata ini berarti tiada dualism. Jadi segala keanekaragaman itu telah terpendam didalam brahman, yang kemudian dijadikan nyata dengan melalui proses penjadikan atau pengaliran keluar. Di samping pernyataan bahwa brahman dikenal sebagai neti, neti upanisad juga menyatakan bahwa upanisad, juga menyatakan juga brahman memiliki sifat-sifatnya yaitu menjadi sumber segalah sesuatu yang ada. Di dalam pengalaman sehari-hari kita dihadapkan dengan keanekaragaman perorangan. Seperti yang telah dikemukakan diatas yang telah mewujdkan sarana-sana tambahan atau uphadi-upadhi ialah alat bantu batin dengan semua pembantunya.
Tujuan hidup manusia adalah untuk mengetahui dan merealisasikan kebenaran. Untuk mengetahui dan merealisasikan kebenaran bahwa atmen adalah brahman. Barangsiapa mencapai tujuan hidup itu ia akan berubah pikiranya, baik yang mengenai dirinya sendiri maupun yang mengenai dunia. Pemecahan sankara terhadap persoalan yang ditimbulkan, upanisad yaitu bahwa brahman disatu pihak dianggap sama dengan jiwa perorangan dan dengan dunia akan tetapi dilain pihak dibedakan nyaternyata belum dapat memuaskan segala pihak. Hubungan yang tidak dapat dipisahkan inilah yang menghubungkan. Br4ahman dengan jiwa dan brakhman dengan dunia. Hubungan antara dua subtansi yang satu rohani yang satu bendani. Baik jiwa maupun dunia tidak dapat digambarkan lepas dari brakhman. Mengenai jiwa diajarkan bahwa jiwa berbeda dengan tujuan sekalipun tidak bebas dari padanya. Jiwa disebut prakara tuhan artinya : jiwa turut membantu tuhan, ia bukanlah suatu cara tuhan juga bukan transformasi atau perubahan rupa tuhan. Tujuan hidup manusiaialah mencapai alam narayana, ada dua jalan untuk tujuan hidup itu ialah: dengan praperti atau penyerahan secara mutlak dan dengan bakthi atau ibadat.
Tuhan menjelmakan diri dalam bentuk yang bermacam-macam sedang, kadang-kadang ia merintis untuk menolong dunia, apa yang dihasilkan oleh prakrti itu menjadi alat atau bahan bagi jiwa guna mencapai tujuan terakhir dan eksistensinya. Pengetahuan yang benar ialah pengetahuan nyang sesuai dengan kebanyakan yang ada di luar manusia.

BAB V
Filsafat india pada abad-abad terakhir
              Dan segalah uraian diatas dapat diketahui, bahwa zaman diantara abad ketujuh dan kedua belas mewujudkan suatu masa yang penuh pemikiran-pemikiran. Pada zaman itu agama Buddha masih besar pengaruhnya dia india. Sesudah abad ke-14 filsafat india mulai mundur. Reaksi yang demikianj itu telah dimulai pada waktu kedatangan agama islam di india pada awal abad ke-12.  Sesudah abad ke-14 filsafat India mulai mundur. Pemikiran sendiri menjadi mandul dan tokoh-tokoh yang lainnya setengah-setengah saja telah puas dengan menirukan gema-suara zaman yang lampau. Keadaan itu berlarut hingga abad ke-18 sehingga pada waktu itu timbullah kemungkinan serta awal perkembangan baru.
               Kebangkitan filsafat inia yang sebenarnya dimulai sejak pertemuanya dengan kebudayaan barat yaitu dengan pembaharuan yang diusahakan oleh ram moham roy (1773-1833). Seorang besar lainnya yang berusaha membaharui pikiran India ialah Sri Ramakrisna, ia adalah seorang imam dari kuil Dakshinawar. Pembaru agama Hindu yang besar sekali pengaruhnya, terlebih dibidang politik, ialah Mahatma Gandhi. Baginya hanya ada satu Roh yang tidak terbagi, yang ada di atas dan dibawah, diluar dan didalam, yang tidak berwal dan berakhir. Seorang pembaharu yang lain, sri aurobindo, (1872-1950) berusaha mengubah dunia menjadi kerajaan sorga dengan melalui yogu yang sempurna. Kenyataan yang tertinggi, yaitu Brahman adalah nirguna dan saguna. Apa yang berada diluar Brahman adalah sama dengan dia dan mewujudkan segi-segi Brahman yang berada bersama-sama dengan Brahman pada waktu yang sama. Dunia adalah penjelmaan Brahman, yang mutlak berdiam di dalam segala yang ada, tugas jiwa manusia adalah “kembali kepada asalnya” yaitu meninggalkan alam yang lebih rendah dan naik kealam yang lebih tinggi.

BAB VI
PENUTUP
Dari apa yang telah kita bicarakan diatas, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa filsafat India di dalam perjalanannya disepanjang abad-abad yang lalu, sekalipun terdapat banyak perbedaan disana-sini, namun pada pokoknya menampakan suatu kesamaan. Kesaaamn itu tampak di dalam ajaran-ajaran yang mengenai hal-hal sebagai berikut :
1.      Ajaran tentang kenyataan yang tertinggi
Kenyataan yang tertinggi adalah Zat yang mutlak, dalam arti filsafati artinya bahwa kenyataan yang tertinggi itu bebas dari segala sebutan dan bebas dari segala hubungan.
2.      Ajaran tentang jiwa
Jiwa manusia adalah sebagian dari zat yang mutlak atau bahasa jiwa adalah zat yang mutlak itu selengkapnya. Pokoknya, jiwa yang sehakekat dengan zat yang mutlak itu, adalah hakekat yang sebenarnya dari manusia.
3.      Ajaran tentang karma
Segala perbuatan manusia yang baik dan ajaht meninggalkan bekas-bekasnya pada manusia, yang tinggal sebagai daya terpendam, yang kemudian akan menghasilkan kegirangan atau kesusahan.
4.      Ajaran tentang kelepasan
Ajaran ini memberikan harapan yang optimis kepada hari depan manusia. Sebab ajaran tentang kelepasan itu memberi keyakinan bahwa perpuataran jantera hidup tadi, yaitu perputaran karma dengan buah-buahnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsiran Roma 12 : 1-8 “Persembahan Yang Benar”

Surat-Surat Yohanes dan Injil Yohanes

Khotbah Kitab Obaja 1:1-16