Tafsiran Hakim-hakim 4
BAB 1
PENDAHULUAN
·
Latar belakang umum
Kitab
Pada waktu Yosua
membaharui perjanjian dengan umat Israel di Sikhem, mereka menegaskan bahwa
mereka takkan pernah meninggalkan Tuhan untuk ilah-ilah lain setelah segala
sesuatu yang telah diperbuat-Nya bagi bangsa Israel, Yosua menjawab bahwa
mereka tidak akan mampu untuk hidup bagi Tuhan, mereka akan tidak setia, dan
akan mendatangkan bencana atas diri mereka sendiri (Yosua 24:16-20).Sewaktu
hal-hal yang ditakutkan Yosua benar-benar menjadi kenyataan, maka selama
beberapa abad, Tuhan secara berkala memberikan pemimpin-pemimpin yang datang
membantu Israel tepat pada saat mereka berada diambang kepunahan.
Pemimpin-pemimpin ini disebut “pelepas”, atau “orang yang membawa keadilan”
atau “hakim-hakim” yaitu nama yang diberikan pada kitab ini. Kitab hakim-hakim
menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan raja-raja
Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika
Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya
dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan
membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa
tetangga. Para hakim (berjumlah 13 kitab ini) datang dari berbagai suku dan
berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang
pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin
seluruh bangsa Israel. Hakim adalah “seseorang yang diangkat oleh Tuhan untuk
memimpin umat-Nya supaya mengetahui bagaimana seharusnya mereka hidup sesuai dengan
perintah-perintah Tuhan, serta melepaskan mereka dari keadaan kekalahan dan
penindasan pada saat-saat yang perlu. ”Hakim-hakim menguraikan tentang 2 dan
abad ke-3, sesudah masuknya suku-suku Israel ke Kanaan di bawah pimpinan Yosua.
Kurun waktu yang bersamaan dengan permulaan Zaman besi timur tengah. Kitab
ini menggambarkan Serangkaian kejadian kembalinya lagi sebagian umat Allah ke
dalam penyembahan berhala, diikuti dengan penyerbuan ke Tanah Perjanjian dan
penindasan oleh musuh-musuh mereka. Kitab narasi ini berpusat di sekitar
kepribadian hakim-hakim sebagai pahlawan yang dibangkitkan untuk
menjadi pembebas Israel, setiap kali bangsa Israel dengan tulus/sungguh-sungguh
bertobat dari dosa-dosa mereka. Sisi gelap dari penggambaran ini khususnya
ditekankan pada riwayat hidup mereka melalui studi tentang tanggal-tanggal kita
bisa mengetahui bahwa umat Israel memelihara kesetiaan kepada Yehowa lewat
perilaku yang tampak dari luar lebih besar daripada kalau kita mempelajarinya
hanya dengan membaca kitab ini sepintas lalu saja.[1]
a. Nama
Kitab
Kitab ini disebut
sesuai dengan tokoh utama yang dikatakan menjadi "hakim-hakim"
lsrael. Penulis membedakan antara hakim-hakim "besar" dan hakim-hakim
"kecil”. Hakim besar adalah pemimpin militer yang karismatis yang
ceritanya panjang-panjang. Hakim kecil adalah mereka yang informasinya hanya
sedikit dan lamanya bertugas hanya sebentar.
Kata kerja Ibrani yang
biasanya diterjemahkan dengan ”hakim” memiliki dua makna dasar: melakukan
fungsi hakim (dalam konteks pengadilan istana atau pengadilan privat) dan memerintah.
Tidak seorang pun dari hakim-hakim yang dikaitkan dengan fungsi pengadilan atau
penghakiman kecuali Deborah (4:4-5). tetapi ini sebelum ia dipanggil Allah.
Kebanyakan hakim-hakim besar melaksanakan fungsi sebagai pemimpin militer dan
kadang-kadang sebagai penguasa sipil. Tidak diperoleh informasi mengenai
kegiatan hakim-hakim kecil. Sebutan lain yang
digunakan untuk beberapa hakim adalah "penyelamat”. Barangkali ini sebutan
asli. paling tidak untuk beberapa hakim. Hakim-hakim besar dikemukakan sebagai
karismatis. yaitu dibangkitkan oleh roh Allah untuk membebaskan umat dari
penjajahan. Apa pun kekuatan yang diberikan kepada mereka selalu dilihat sebagai
hal yang luar biasa.[2]
Pemilihan judul
daripada kitab hakim-hakim dalam alkitab terjemahan ITB mengikuti judul
daripada Alkitab terjemahan LXX yang memberi judul pada kitab ini (Kritai) yang
artinya hakim-hakim, sedangkan dalam MT memberikan judul daripada Kitab ini
dengan nama “shôphatîm”
yang juga berarti hakim-hakim. Pada Vulgata (Liber Judicum) yang berarti Kitab
hakim-hakim juga. Jadi dengan demikian semua memberikan nama yang memiliki arti
yang sama yaitu Kitab hakim-hakim. Hal ini disebabkan penjelasan dalam sebagian
besar daripada kitab ini memaparkan tentang Allah yang memberikan hakim-hakim
untuk dapat memimpin bangsa Israel terlepas dari penjajahan orang-orang
disekitar bangsa Israel. Kanon dan Keberadaan Kitab Hakim-hakim. Seperti dalam
penjelasan Pengantar Perjanjian Lama 1 dijelaskan bahwa ada beberapa kanon
Alkitab, antara lain: Kanon ibrani, kanon Samaria, kanon Yunani, Kanon Yahudi
dan Kristen. Kitab hakim-hakim tidak mengalami permasalahan dalam proses pengkanonan
Alkitab. Namun dalam proses pengkanonan Alkitab dalam kanon Septuaginta terjadi
perubahan sehingga kitab hakim-hakim ada di dalam kumpulan Kitab-Kitab Sejarah.
Padahal sebelumnya kitab Hakim-hakim masuk dalam bagian kitab-kitab nabi-nabi
terdahulu. Namun dapat disimpulkan bahwa Kitab Hakim-hakim tetap masuk di dalam
kumpulan Kitab yang telah lulus dalam proses pengkanonan Alkitab.[3]
b. Penulis
dan waktu penulisan
Menurut tradisi Yahudi,
Samuellah yang menulis kitab ini. Isi kitab ini memperkuat bahwa waktu
penulisnya adalah sekitar masa hidup Samuel, data serta pandangan-pandangan
yang dilaporkan adalah jelas data dan pandangan yang mungkin sekali diketahui
oleh Samuel. Tugas-tugas khusus yang diemban Samuel pada masa dewasanya bisa
saja memberinya kesempatan maupun kecenderungan untuk mempersiapkan catatan
ini. Rupanya kitab ini ditulis pada suatu waktu semasa pemerintahan Saul atau
Daud, tetapi sebelum Daud menaklukkan Yerusalem (Hakim-hakim 1:12, dan II
Samuel 5:6-8)
Jumlah waktu yang
dipertalikan dengan masa pemerintahan berbagai hakim serta selang waktu antara
masa-masa pemerintahan itu adalah 410 tahun. Akan tetapi, tanggal relatif yang
ditentukan Alkitab dalam I Raja-raja 6:1, selang waktu keseluruhan antara masa
keluarnya orang Israel dari Mesir dan tahun keempat pemerintahan Salomo
dinyatakan sebagai 480 tahun. Selang waktu ini pasti tidak memberikan 410 tahun
penuh masa hakim-hakim saja karena begitu banyak peristiwa sebelum dan sesudah
tercakup. Jadi, diperkirakan bahwa tidak semua masa pemerintahan para hakim dan
masa kelegaan merupakan suatu rangkaian waktu yang beruntutan bagi bangsa itu
sebagai suatu keseluruhan. Mungkin pada waktu yang bersamaan ada lebih dari
hakim yang masing-masing memerintah sebuah daerah tertentu . dengan demikian,
kronologi itu diringkaskan, dan lama masanya para hakim menurut tradisi telah
ditetapkan 300 tahun. Beberapa ahli modern membatasinya sampai sedikit-dikitnya
180 tahun. Karena orang-orang pada zaman dahulu tidak begitu memperhatikan pencatatan
secara kronologis dibandingkan dengan para ahli zaman sekarang, kemungkinan
besar hal-hal itu akan tetap tidak dipastikan.[4]
Namun dalam pandangan
sekarang sangat berbeda dengan tradisi orang-orang Yahudi. Dalam pandangan kaum
liberal menganggap bahwa penulis daripada Kitab Hakim-hakim terdiri dari
beberapa penulis. Seperti yang telah dijelaskan oleh R. K. Harison menyatakan bahwa
pendapat mayoritas kaum liberal sebagai berikut: Penulis pertama, menulis pada
masa ujian, ketika banyak cerita disusun (Abad 12 sampai 10 sebelum masehi);
kedua, penulis menuliskan dari beberapa sumber dalam bentuk prosa, mungkin juga
dari sumber Pentateukh yang lain (Abad 10 sampai 9 sebelum masehi); ketiga,
redaksi yang paling dekat daripada Kitab Hakim-hakim dalam dasar dari sumber JE
( abad 8 sampai abad 7 sebelum masehi); dan terakhir pada edisi yang final dari
buku yang ada dalam MT (setelah masa pembuangan).5Namun hal ini sangat
ditentang oleh kaum Injili. Ada beberapa argumentasi yang dapat menunjukkan
bahwa penulis kitab Hakim-hakim bukan terdiri dari orang-orang yang hidup pada
masa-masa yang berbeda seperti yang telah dijelaskan teori JEDP tersebut. Hal
ini dibuktikan dengan pengulangan kata-kata yang menunjukkan satu penulis yang
sama (band. Hak. 2:11; 3:7; 3:12; 4:1; 6:1; 10:6;13:1, 17:6 dan 21:25). Selain
itu adanya bukti penceritaan yang berkelanjutan meskipun tidak semua cerita
disusun secara kronologis waktu (band. Hak. 3:31; 4:1; 20:28)[5].
Ada beberapa pandangan
yang menyatakan tentang tanggal penulisan Kitab hakim-hakim. Seperti dalam
penjelasan F. Duane Lindsey menjelaskan bahwa:”Kitab hakim-hakim ditulis
sekitar tahun 1040-1020 sM ”6 sedangkan dalam penjelasan Charles F. Pfeifer
menyatakan bahwa: “Bukti dari nats sendiri dengan demikian menunjukkan tanggal
penulisan Kitab Hakim-hakim adalah pada awal berdirinya kerajaan (1050-1000 sM)
mungkin pada zaman pemerintahan Saul atau pada awal pemerintahan
Daud.”7Pernyataan yang cukup berbeda yaitu seperti pandangan Denis Green
menyatakan bahwa penulisan kitab ini terjadi pada masa pemerintahan Yosia ( +
621 sM).8 Hal ini tidak benar menurut penulis karena adanya alasan bahwa hal
ini ditulis pada masa Saul memerintah sampai kepada masa Daud memerintah
Israel. Oleh sebab itu dapat disetujui bahwa kitab ini ditulis pada masa
1050-1000 sM.[6]
c. Penyusunan
Kitab (Teori Sumber)
Kitab ini berisikan
satu rangkaian cerita mengenai pahlawan-pahlawan yang telah membebaskan umat
dari penjajahan. Aslinya, kisah-kisah yang diceritakan mengenai pembebasan
salah satu suku sehingga lingkup geografisnya terbatas. Hanya kemudian
pahlawan-pahlawan itu dijadikan pembebas dari seluruh Israel
(”pan-Israel"). Cerita-cerita kepahlawanan dari cerita-cerita rakyat ini
dimaksudkan sebagai penghiburan dan pendidikan, dan telah dikumpulkan sebelum
sejarawan Deuteronomistis (D) memutuskan untuk memanfaatkannya. Mengenai karya
sejarawan Deuteronomistis, lihat Pengantar Kitab Yosua.
Kemungkinan penulis
D-lah yang memberikan orientasi seluruh Israel kepada para pahlawan ini.
Penulis D juga memberikan bingkai teologis pada cerita-cerita mengenai
hakim-hakim besar. Kerangka ini menyajikan sebuah pengantar yang menguraikan
bagaimana umat telah berdosa: bagaimana Tuhan membiarkan mereka jatuh ke tangan
musuh-musuh mereka: dan bagaimana Tuhan mengirimkan seorang penyelamat untuk
membebaskan umat jika mereka berseru. Setiap kisah berakhir dengan sebuah
catatan mengenai betapa lama tanah itu merasakan kedamaian sebagai akibat dari
pembebasan yang diberikan oleh setiap hakim-pembebas. Kerangka ini juga
menyajikan kunci untuk menafsirkan kisah para hakim. yaitu bagaimana dosa
mengantar pada hukuman. tetapi tobat mengantar pada pembebasan.[7]
d. Tujuan
Penulisan
Setelah melihat tanggal
penulisan daripada Kitab Hakim-hakim, ada hal lain yang tidak kalah penting
yaitu tujuan penulisan dari Kitab Hakim-hakim. Melalui pembacaan ayat-ayat di
dalam Kitab Hakim-hakim memang sering kali menunjukkan suatu sejarah kehidupan
bangsa Israel pada masa Hakim-hakim. Namun tujuan daripada penulisan kitab ini
lebih menceritakan tentang tindakan Allah yang memberikan hukuman kepada bangsa
Israel yang tidak setia dan kemudian menunjukkan kasih setia dengan membangkitkan
hakim-hakim. Hal senada juga disampaikan oleh Thomas L. Constable yang
menyatakan bahwa: ”Tujuan lain dari penulisan Hakim-hakim rupanya ialah
menunjukkan anugerah kekudusan dari Allah untuk memelihara Israel kendati banyak
pelanggarannya.”9Kitab ini sekaligus menjelaskan adanya suatu catatan sejarah tentang
keadaan yang terjadi dari masa Yosua terakhir memimpin sampai kepada masa sebelum
Eli menjadi hakim.[8]
Kitab Hakim-Hakim harus
dibaca dalam konteks sejarah Deuteronomistis. Tujuan pengarang ialah menyajikan
suatu teologi sejarah yang dasariah: dosa mengantar ke hukuman, tetapi
pertobatan memberi pengampunan dan pembebasan. Pesan ini dimaksudkan bagi umat
di pembuangan yang baru saja kehilangan tanahnya. Pengarang menjelaskan kepada
mereka bahwa mereka kehilangan tanah karena dosa-dosa mereka. Tetapi. bila
sekarang bertobat dan kembali kepada Tuhan, Tuhan akan mengampuni mereka lagi
dan membebaskan mereka. Sementara ada pesan pengharapan, kitab ini secara
keseluruhan menunjukkan intensifikasi kedosaan umat. Kesempatan dosa ini ialah
apa yang dikemukakan dalam bab pertama. yaitu Israel tidak mengusir dari negeri
mereka bangsa-bangsa lain dengan praktek-praktek berhalanya. Jika orang terus
membaca kitab ini, akibat kekacauan dari situasi ini makin lama makin jelas.[9]
Tujuan penulis dalam
mengarang kitab ini ialah bukan saja memberi peringatan kepada
generasi-generasi berikut bahwa kemunduran rohani menyebabkan kemerosotan moral
dan kekalahan militer, melainkan juga untuk mencatat kesetiaan Tuhan yang terus
menerus dalam menempati janji-Nya dan memelihara umat-Nya supaya dapat melayani
Dia dikemudian hari.
e. Latar
belakang penulisan
Ø Ekonomi
Bangsa Israel ingin menaklukkan
tanah Kanaan, sebab tanah Kanaan adalah tanah yang berlimpah akan segala sumber
seperti yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham yang menjadi nenek moyang bangsa
Israel. Tanah yang subur dan sangat mendukung untuk kelangsungan hidup bangsa
Israel.
Ø Budaya
Pada waktu orang Israel
memasuki Kanaan, mereka tidak menemukan Negara yang bersatu, melainkan banyak
kota otonom atau Negara kota dengan pemerintahan yang terpisah-pisah.
Kadang-kadang sejumlah Negara-kota bergabung dalam satu persekutuan yang tidak
mengikat, tetapi lebih sering mereka bersekutu dengan kekuatan-kekuatan utama,
khususnya Mesir, yang kerapkali menguasai kawasan itu. Surat-menyurat dari
berbagai beberapa Negara yang ditemukan dalam surat-surat Amarna yang menunjukkan
bahwa mereka tidak selalu mendapatkan bantuan dari Mesir yang mereka harapkan
atau butuhkan, dan juga bahwa mereka tidak segan-segan berkomplotan satu sama
lainnya untuk melawan Firaun. Namun, kisah-kisah di kitab Yosua sebelumnya menunjukkan
bahwa mereka dapat bekerja bersama-sama untuk menghadapi musuh yang sama bilamana
dibutuhkan.
Ø Politik
Secara politik, Karena
secara geografis tanah Kanaan itu penuh dengan berkat dan sangat menjamin untuk
kelangsungan sebuah Negara maka banyak Negara-negara lain yang ingin
memperebutkannya sebagai tempat kediaman. Negeri itu dikuasai oleh orang-orang
yang tinggal di dalam kota-kota benteng yang merupakan Negara-negara
tersendiri. Sebuah kota yang kuat dapat
mengadakan perlawanan terhadap serangan musuh selama jangka waktu yang hampir
tak terbatas, selama persediaan air dan makanan mereka cukup. Karenanya
perebutan dan pendudukan Kanaan seolah-olah suatu tugas yang berat dan tidak
mungkin bagi bangsa Israel.[10]
Ø Agama
Ada kecenderungan dari
bangsa Israel untuk melakukan penyembahan kepada allah-allah lain. Hal ini juga
terjadi pada masa Hakim-hakim yang menunjukkan adanya bentuk penyembahan kepada
allah lain. Setelah menduduki tanah Kanaan yang diberikan TUHAN yang menyertai
setiap suku Israel (band. Hak. 1:17-34). Namun adanya tindakan salah bangsa
Israel yang seharusnya menumpas seluruh bangsa-bangsa yang ada di tanah Kanaan,
dikemudian hari menjadi suatu persoalan bagi kehidupan bangsa Israel (band. Hak.
1:27-34; 2:21-23). H.H. Rowley menjelaskan tentang kehidupan bangsa Israel pada
masa itu dengan mengatakan bahwa: ”Mereka belajar cara bertani dan cara
memelihara anggur, dan dalam proses belajar itu mereka mengambil alih ritus-ritus
setempat yang berkaitan dengan pertanian.” Ini menunjukkan bahwa adanya proses
adaptasi dengan pola-pola kehidupan bangsa-bangsa lain membawa kehidupan spiritual
bangsa Israel mulai merosot dengan mempercayai allah-allah lain selain daripada
Yahweh.
Dalam penjelasan
berikutnya akan dijelaskan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan
penyembahan yang dilakukan oleh bangsa Israel seperti Baal, Asytoret, Asyera
dan Kuil Mikha. Selain itu juga akan dibahas mengenai keberadaan penyembahan
kepada TUHAN Allah. Dalam hal ini Kerohanian bangsa Israel memang merosot bila
dibandingkan dengan keadaan Israel pada zaman Yosua. Hal ini dibuktikan dengan
penyembahan-penyembahan yang salah yang dilakukan bangsa Israel. Namun di satu
sisi, ada pula beberapa orang yang masih melakukan penyembahan kepada TUHAN.[11]
BAB
2
(PEMBAHASAAN)
·
Pembagian pokok-pokok
pikiran
-
Hakim-hakim 4:1-16 = Debora dan Barak
-
Hakim-hakim
4:17-24 = Kematian Sisera
4:1-24
Kisah dalam prosa. Kisah prosa mulai dengan kerangka
tradisional (ay. 1-3). Kali ini si penjajah adalah raja Kanaan bernama Yabin,
yang memerintah di Hazor dan mempunyai panglima bernama Sisera, yang tinggal di
Haroset-Hagoyim. Pelaku sesungguhnya adalah Sisera dan penyebutan Yabin mungkin
mempunyai kaitan dengan Yos 11:1 dst. Lokasi dari Haroset-Hagoyim tidak jelas,
tetapi rupanya di bagian utara Palestina.
Ayat 4-10 menceritakan
panggilan Barak lewat Debora dan ajakannya kepada suku Zebulon dan Naftali
untuk berperang. Debora dilukiskan sebagai seorang nabiah dan yang didatangi
umat untuk meminta keadilan (ay. 4-5). Ia adalah seorang hakim dalam arti
pengadilan. Rama dan Betel hanya beberapa mil jauhnya dari Yerusalem. Suku
Debora sendiri tidak jelas. Karena ia memberikan pengadilan di daerah
pegunungan Efraim, ia di sini berkaitan dengan suku Zebulon dan Naftali, Barak
berasal dari Kedesy sebelah utara Hazor, di daerah suku Naftali. Jumlah sepuluh
ribu orang hanya dari dua suku rupanya berlebihan (ay. 10).
Ayat 11 merupakan
catatan kaki untuk mempersiapkan ayat 17, menjelaskan bagaimana sebuah kelompok
orang Keni, yang dia harapkan menempati wilayah lebih ke selatan ternyata
mendiami daerah ini.
Perang sendiri
digambarkan dalam ayat 12-16, tetapi ada sedikit rincian dalam kisah itu. Allah
diperlihatkan sebagai yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi.
Tuhan sendiri yang layak mendapat kemuliaan.
Pembunuhan atas Sisera
(ay. 17-22) merupakan pelanggaran atas keramahan menerima tamu. Ini juga tampak
ketika Hazor dan kelompok Heber, orang Keni. mengadakan persekutuan
antarmereka. Entah dengan alasan apa, Yael, istri Heber memutuskan untuk
memihak orang Israel. Ayat 23-24 merupakan kesimpulan biasa dari penulis D.
meskipun tidak lengkap. Pengarang D menunda kesimpulan akhir sampai 5:1
sehingga bab 4 dan 5 merupakan satu kesatuan.[1]
·
Tafsiran
Ayat
1
Saat itu Israel berada
pada masa tak ada hakim. Ehud yang baru meninggal ialah hakim terakhir. Pola
kitab hakim-hakim yaitu ketika hakim meninggal, bangsa tersebut merasa terbebas
atau terlepas dari “kungkungan”. Di hakim-hakim 21:25 tercatat, pada zaman itu,
tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar
menurut pandangannya sendiri.” Dengan kata lain, mereka jadi sangat liar.
Terlalu banyak standar hidup sesuai keinginan sendiri.
Ayat
2
Karena bangsa Israel
menjadi liar, Tuhan menghajar Israel dengan mengirim bangsa lain untuk
menyerang, menjajah, mengintimidasi, menekan, dan menaklukkan mereka. Lalu
Tuhan menyerahkan ke dalam tangan Yabin. Yabin adalah yavin, artinya “Allah
Mengerti”. Pemimpin persekutuan raja-raja utara yang dikalahkan Yosua dalam
suatu pertempuran, dan kemudian Yabin ini dibunuh oleh Yosua (Yosua 11:1-14).
Hazor dalam bahasa Ibrani khatsor ialah nama suatu tempat, mungkin artinya
“perkampungan”, digunakan sebagai nama dari beberapa tempat dalam Perjanjian
Lama, dan yang terpenting diantaranya adalah sebuah kota yang dibentengi
terletak di wilayah Naftali (Yosua 19:36). Sedangkan setelah Yabin mati dibunuh
oleh Yosua, Yabin ternyata memiliki panglima yaitu Sisera, yang diam di
haroset-Hagoyim. Haroset-hayogim ialah kubu disebelah barat laut Kanaan, yang
menjadi markas besar Sisera (hakim-hakim 4:2). Nampaknya itulah batas terobosan
Israel pada waktu itu. Jadi Allah menghukum mereka dengan bangsa Kanaan.
Ayat
3-4
Tercatat selama 20
tahun kekosongan kepemimpinan, Israel ditindas oleh Kanaan. Yabin, raja Kanaan
memberi mandat khusus pada Sisera untuk menyerbu mereka. Dan keadaan sangat
mengerikan bagi bangsa Israel. Bangsa Kanaan yang dipimpin oleh Sisera memiliki
900 kuda besi artinya kekuatan yang terdiri dari kendaraan bersenjata ini
membuat Sisera tak dapat terkalahkan hingga timbul suatu situasi dimana yang
seharusnya menjadi sumber kekuatan, ternyata menjadi rintangan. Akibatnya,
mereka dengan hati terdalam berseru meminta bantuan kepada Allah. Allah
mendengar seruan umat-Nya lalu membangkitkan hakim baru yang akan memegang
tampuk kepemimpinan. Sehingga ketika bangsa itu berseru dan akhirnya Allah
menjadikan Debora seorang nabiah dan hakim atas Israel.
Ayat
5
Ia biasanya duduk di
bawah pohon korma Debora. Ini jangan dikacaukan dengan pohon besar di bawah
pohon mana Debora yang terlebih dahulu dikuburkan disebelah hilir betel
(Kejadian 35:8). Korma dalam bahasa Ibrani ialah tamar. Pohon ini tumbuh di
lembah Yordan dan nampaknya agak umum dalam Alkitab. Korma melambangkan
pertumbuhan yang baik, gaya, kecantikan dan kelurusan (Mazmur 92:13). Korma
dipakai sebagai lambang kemenangan dan kegembiraan. Dan rama ialah milik suku Benyamin
dekat betel didaerah Gibeon dekat betel. Tempat kediaman orang-orang yang
bersejarah.
Ayat
6-7
Debora berkata kepada
barak, bukankah Tuhan, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah,
bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali
dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, …….” Ini menunjukkan perintah militer
tersebut sungguh mengejutkan karena di ucapkan oleh perempuan. Barak mungkin berpikir,
ia dan para tentaranya sudah terbiasa perang bahkan mengetahui strateginya
secara detail. Namun dalam ayat ini barak berarti kilat menurut pandangan,
kebiasaan serta budaya Israel saat itu, perempuan ialah warga Negara kelas dua
yang kehadirannya sungguh dipandang sebelah mata dan tiap perkataannya harus
berulang kali di uji kebenaran, validitas serta otoritas. Contoh ketika Maria
Magdalena menceritakan kubur kosong dan kebangkitan Tuhan, para murid-Nya ragu.
Gunung Tabor berada
menjulang dari dataran Yizreel dengan ketinggian 58 m, di atas permukaan laut
dimana gunung Tabor adalah tempat Tuhan Yesus di permuliakan tetapi di ayat 7
melalui Debora Tuhan berkata pada barak “ Aku akan menggerakkan Sisera,
panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju
engkau ke sungai Kison dan aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu. Dengan
kata lain, mereka akan di tunggang balikkan dan dihancurkan di gunung Tabor
untuk menunjukkan kekuasaan-Nya pada Sisera dan Yabin, sungai Kison pada ayat 7
ialah suatu wadi yang tiba-tiba menjadi luapan air yang berkekuatan besar pada
waktu hujan; aliran wadi ini bergerak ke arah barat laut melalui lembah Yizreel
ke laut tengah di sebelah utara gunung karamel.
Ayat
8-10
Barak juga berarti
memberi cahaya dan juga mempunyai pengertian sesuai peranannya sebagai pemimpin
Israel. Tapi Imannya cenderung ragu atau plin-plan. Di hakim-hakim 4;8 ini
tercatat reaksi pada Debora, ”Jika engkau turut maju aku pun akan maju, tetapi
jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.” Ia mengajukan tawar menawar.
Dua puluh tahun tanpa hakim menimbulkan semacam keraguan karena kebiasaan
mendengar Firman telah hilang. Sehingga ketika Firman datang kembali terdengar
asing sekali. Selain itu, ia berusaha menjadikan Debora sebagai pelindung di
depan untuk membuktikan kebenaran perkataannya. Kalau menjadi kenyataan, ia
akan mengakui dan memberi penghormatan pada Debora. Kalau salah, ia tidak mau
di salahkan. Sebaliknya, kesalahan akan dilempar kepada Debora karena mungkin
banyak tentara mati di medan perang. Upaya tersebut sangat licin sehingga tak
jelas terlihat seperti orang tak beriman. Dalam hakim 4:9 Debora memberikan
jawaban terhadap syarat barak baik aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat
kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan
Sisera ke dalam seorang perempuan. Padahal perempuan seharusnya memandang pria
lebih tinggi maka harus takluk mutlak padanya. Tapi bukan berarti Debora ingin
mengambil alih posisi pria. Sebaliknya barak telah meninggalkan hak
istimewanya. Perempuan yang dimaksud ialah Yael. Ia tak berkaitan dengan
perdebatan tersebut.
Ayat
11
Adapun heber, orang Keni
itu telah memisahkan diri dari suku Keni. Pada Pasal 1:16 Disini menunjukkan
satu keluarga suku Keni yang memisahkan diri dari keluarga besarnya diselatan
dan datang ke utara sejauh lembah Yizreel untuk mencari nafkah. Bila orang Keni
masih menjalankan pekerjaannya selaku tukang-tukang patri, mungkin mereka suka
berpindah tempat dari kelompok-kelompok etnis lain dan bersikap netral dalam
pertengkaran kelompok ini. Dan ayat 11 ini adalah jalan keterangan pada ayat
yang 17.
Ayat
12-16
Perang yang digambarkan
dalam ayat ini, tetapi ada sedikit rincian dalam kisah itu. Allah diperlihatkan
sebagai yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi Tuhan sendiri
yang layak mendapat kemuliaan.
Ayat
17
Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke
kemah Yael, Istri Heber, orang Keni itu. Dengan sisa pasukan yang
sudah tidak berdaya, tujuan utama dari Sisera adalah menyelamatkan dirinya
sendiri. Sebab
ada perhubungan baik antara Yabin, Raja Hazor, dengan keluarga Heber, orang
Keni itu. Sisera
memiliki alasan untuk berpikir bahwa dirinya akan selamat jika dia sudah
berhasil mencapai rumah Heber. Jelaslah orang Kanaan tidak menindas orang Keni
pengembara yang ada di tengah mereka, dan orang Keni itu tidak ikut terlibat di
dalam pemberontakan orang Israel terhadap mereka.[2]
Ayat 18
Yael itu pun keluar mendapatkan Sisera dan
berkata kepadanya, "Singgahlah tuanku, silakan masuk." Yael memberikan
kesediaan menerima tamu di kemahnya untuk Sisera yang sedang ketakutan. Apakah
dia mengundang panglima tersebut ke dalam tendanya untuk membunuhnya merupakan
masalah yang tidak dapat dipastikan. Perempuan
itu menutupi dia dengan selimut. Arti
sesungguhnya dari kata yang diterjemahkan menjadi selimut tidak jelas. Kata tersebut juga dapat
diterjemahkan menjadi tirai
tenda.
Ayat
19
Lalu perempuan itu membuka kirbat susu,
diberinyalah dia minum dan diselimutinya pula. Sisera minta air, namun Yael membuka sebuah
kantong yang terbuat dari kulit kambing atau domba yang dipakai untuk menyimpan
susu dan memberinya minum susu secawan penuh.
Ayat
20
Berdirilah di depan pintu kemah. Sisera memiliki alasan yang kuat untuk menduga
bahwa pasukan Israel sedang mengejarnya. Dia meminta kepada Yael untuk
mengatakan kepada pasukan tersebut bahwa dirinya tidak ada di situ. Tindakan
Yael yang ramah itu membuat Sisera berpikir bahwa dia bisa mengandalkan
perempuan tersebut.
Ayat 21
Tetapi Yael, Istri Heber, mengambil patok kemah
. . . lalu dilantakkannyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya ... maka
matilah orang itu. Di antara orang Badui,
memasang patok kemah merupakan tugas kaum perempuan dan hal ini mungkin sudah
berlaku sejak zaman dulu. Patok kemah dan palu yang dipakai Yael mungkin
terbuat dari kayu. Sisera yang sudah kelelahan karena harus meloloskan diri
dengan sulit, sedang tertidur nyenyak, dan Yael menganggap inilah kesempatannya
untuk membunuh musuh Israel itu. Beberapa penafsir berpendapat bahwa Yael tidak
setuju dengan sikap netral suaminya (4:17), sehingga tindakannya
terhadap Sisera itu merupakan ungkapan kesetiaannya kepada Israel. Apakah
tindakannya itu sudah direncanakan sebelumnya atau tidak, bukanlah hal yang
penting sepanjang yang menyangkut catatan Kitab Hakim-hakim. Dari sudut pandang
Israel, Yael adalah pahlawan perempuan karena membunuh Sisera.
Ayat 22
Pada waktu itu muncullah Barak yang mengejar
Sisera. Keluarlah Yael mendapatkan dia. Yael menyampaikan berita baik itu kepada Barak
bahwa panglima pasukan Kanaan tersebut telah tewas.
Ayat 23-24
Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan
Yabin, Raja Kanaan, di depan orang Israel. Alkitab tidak memisahkan Allah dari proses
sejarah. Tindakan Yael tersebut dikemukakan, namun kemenangan itu tetap disebut
sebagai kemenangan Allah. Sampai mereka melenyapkan
Yabin artinya tidak ada lagi yang tersisa dari kekuasaan Yabin. Sikap
Alkitab terhadap sejarah senantiasa sama. Allah mengizinkan orang kafir untuk
menghajar umat-Nya, dan Allah juga yang mengangkat seorang penolong untuk
melepaskan mereka. Hubungan sebab akibat itu penting di dalam sejarah, namun
Allah dilihat sebagai Kekuatan di balik segala sesuatu yang terjadi, baik atau
tidak baik. Bahkan tindakan-tindakan yang paling jahat di dalam Alkitab
dikemukakan sebagai melaksanakan maksud Allah (bdg. Kis. 2:23, 24; Mzm. 76:10)[3]
·
Teologi
naskah
Allah memelihara umat
Israel.
Ø
Kata
Tuhan
Umat Allah harus sering menghadapi situasi sulit yang
di dalamnya DIA seolah-olah tidak hadir. Karena keberadaan Israel di tengah
mereka, Yabin berikhtiar untuk menghabisi orang Israel. Maka Yabel raja Kanaan
itu menindas orang Israel dengan keras melalui panglima tentaranya Sisera yang
mempunyai 900 kereta besi. Namun, di tengah-tengah pengalaman itu, umat Israel
harus tetap percaya bahwa Allah masih memelihara mereka. Janji-janji-Nya tetap
berlaku. Allah tetap ada dan tidak terkalahkan
Ø
Maksud
Tuhan
Iman
umat Israel dapat tumbuh, berkembang dan dikuatkan. Apakah kepahitan yang
diderita umat Allah itu dapat mendekatkan mereka ke tujuan? Memang sering sulit
melihat tujuan, tetapi sekurang-kurangnya pengalaman umat Israel ini menjadi
dasar keadilan sosial bagi mereka.
Ø
Konsekuensi
Umat
Israel bukannya berkurang, melainkan bertambah semakin banyak. Bahkan Allah
memberkati umat yang mematuhi perintah Allah, telah merasakan berkat yang tak
terduga dari Allah.
BAB 3
PENUTUP
·
Kesimpulan
Kitab hakim-hakim
adalah menceritakan kehidupan bangsa Israel yang terus berbuat jahat dimata
Tuhan. Dalam Tuhan mengambil Debora sebagai hakim dan nabiah atas bangsa
Israel, dan dalam kitab ini disebut kitab Prosa yang juga tertulis dalam syair
nyanyian Debora atas kemenangannya mengalahkan orang Kanaan, yaitu panglima
Sisera atas pertolongan Tuhan yang selalu menyertai para utusan Allah.
·
Aplikasi
Setelah membahas kitab
hakim-hakim pasal 4 ayat 1-24, kelompok kami mendapatkan hal-hal kerohanian
yang terdapat dalam nats tersebut tentang Debora dan Barak, Yaitu:
1. Meninggalkan
Tuhan mengakibatkan penyembahan berhala, dosa, dan kekalahan. Barang kali
semuanya itu disebabkan orang Israel mengabaikan Firman Tuhan. Kalau seandainya
bangsa Israel sering membaca kitab Musa, pasti mereka akan menjadi umat yang
kudus dan sejahtera. Demikian pula bagi kita semua sebagai orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus, tidak cukup hanya masuk saja dalam berkat rohani
(seperti yang dilakukan oleh orang Israel yang telah masuk dalam tanah
perjanjian- Kanaan); tetapi hanya melalui cara hidup kita yang penuh iman dan
ketaatanlah dapat mengawetkan persekutuan kita dengan Tuhan serta tumbuh dalam
kasih karunia. Firman Tuhan mengajarkan bahwa tidak ada saat dalam hidup
kekristenan dimana kita dapat berhenti dari berdoa serta membaca firman Tuhan
(Efesus 6:18, I Tesalonika 5:17). Kemenangan-kemenangan yang pernah kita
peroleh tidak dapat menjamin bahwa kita akan jatuh lagi dalam dosa. Kita tidak
boleh kompromi sedikit pun dengan Dosa.
2. Dosa
harus dihukum oleh Tuhan, baik yang dilakukan oleh siapa pun apa pun bentuk
pelanggaran yang dapat menyakiti hati Tuhan, dan itulah yang harus diterima
oleh banyak orang yang hidup dalam dosa. Dalam hal ini pun kekudusan Allah dan
kedaulatan Allah terlihat, dimana Ia memakai bangsa-bangsa lain sebagai
Alat-Nya untuk menghukum umat Israel yang tegar tengkuk yang tidak mau berubah
oleh kebaikan Allah yang dinyatakan dalam perjalanan umat Israel. Tetapi
penghukuman itu terutama dimaksudkan bukan sebagai pukulan saja, melainkan
sebagai didikan untuk kebaikan orang Israel kepada jalan yang benar.
3. Allah
bersifat murah hati dan sabar terhadap anak-anak-Nya yang sering berbuat salah.
Asal mereka berbalik dan bertobat serta tidak melakukan hal yang serupa yaitu
dosa yang dapat memisahkan hubungan kita dengan Allah. Sebab dia selalu
bersedia untuk menerima mereka kembali serta melepaskan mereka dari
akibat-akibat dosa.
4. Dalam
kedaulatannya, Allah sering kali bertindak dengan cara yang tidak dimengerti
oleh manusia, sangat berbeda dengan cara manusiawi. Contohnya ketika barak
ingin melawan orang Kanaan yang tangguh, namun barak takut dan masih ragu-ragu
dan barak bingung apa yang akan dilakukan Allah bagi bangsanya, dan secara
heran Allah membuat bangsa Kanaan itu terserak-serak dengan menggunakan hujan
dan alam dengan cara yang tidak dikenal oleh manusia yang dipikirkan kita
mustahil namun Allah akan membuat sesuatu yang terbaik dengan cara apa pun yang
tidak dimengerti oleh manusia dan cara berpikir kita sendiri. Oleh sebab itu
kita jangan takut dan gelisah menghadapi segala sesuatu sebab Allah akan
senantiasa akan menolong dan menyertai setiap orang yang mengandalkan kekuatan
Allah yang luar biasa.
5. Pemimpin
yang baik ialah pemimpin yang mengandalkan Tuhan dalam hidup atau dalam suatu
organisasinya, serta seorang pemimpin harus berani untuk menyatakan kebenaran
atau menguatkan sama halnya ketika barak mengalami kelemahan dan ketakutan,
namun Debora memberikan inspirasi kepada kita untuk saling membangun sebagai
orang yang percaya dalam Tuhan Yesus Kristus.
6. Perempuan
dapat dipakai secara luar biasa dalam pelayanan yang sangat luar biasa, jadi
janganlah kita merasa minder dan takut sebab jika Tuhan yang telah memanggil
kita maka ia pula yang akan bertanggung jawab dan yang akan melakukan
Tugas-Nya, oleh sebab itu tugas kita ialah untuk melayani Tuhan dan menyatakan
kebenaran dalam dunia yang banyak menawarkan berbagai macam kenikmatan.
7. Dalam
kenikmatan jangan kita mudah terbuai, jika kita diberkati oleh Tuhan hendaklah
kita jangan sombong dan mulai meninggalkan Allah sebagai sumber berkat kita,
namun tetap dalam kekudusan serta minta kekuatan Allah dalam hidup kita.
Teks asli Hakim-hakim 4:1-24
4:1וַיֹּסִפוּ
בְּנֵי יִשְׂרָאֵל לַעֲשֹׂות הָרַע בְּעֵינֵי יְהוָה וְאֵהוּד מֵת׃
4:2וַיִּמְכְּרֵם
יְהוָה בְּיַד יָבִין מֶלֶךְ־כְּנַעַן אֲשֶׁר מָלַךְ בְּחָצֹור וְשַׂר־צְבָאֹו סִיסְרָא
וְהוּא יֹושֵׁב בַּחֲרֹשֶׁת הַגֹּויִם׃
4:3וַיִּצְעֲקוּ
בְנֵי־יִשְׂרָאֵל אֶל־יְהוָה כִּי תְּשַׁע מֵאֹות רֶכֶב־בַּרְזֶל לֹו וְהוּא לָחַץ
אֶת־בְּנֵי יִשְׂרָאֵל בְּחָזְקָה עֶשְׂרִים שָׁנָה׃ ס
4:4וּדְבֹורָה
אִשָּׁה נְבִיאָה אֵשֶׁת לַפִּידֹות הִיא שֹׁפְטָה אֶת־יִשְׂרָאֵל בָּעֵת הַהִיא׃
4:5וְהִיא
יֹושֶׁבֶת תַּחַת־תֹּמֶר דְּבֹורָה בֵּין הָרָמָה וּבֵין בֵּית־אֵל בְּהַר אֶפְרָיִם
וַיַּעֲלוּ אֵלֶיהָ בְּנֵי יִשְׂרָאֵל לַמִּשְׁפָּט׃
4:6וַתִּשְׁלַח
וַתִּקְרָא לְבָרָק בֶּן־אֲבִינֹעַם מִקֶּדֶשׁ נַפְתָּלִי וַתֹּאמֶר אֵלָיו הֲלֹא צִוָּה
׀ יְהוָה אֱלֹהֵי־יִשְׂרָאֵל לֵךְ וּמָשַׁכְתָּ בְּהַר תָּבֹור וְלָקַחְתָּ עִמְּךָ
עֲשֶׂרֶת אֲלָפִים אִישׁ מִבְּנֵי נַפְתָּלִי וּמִבְּנֵי זְבֻלוּן׃
4:7וּמָשַׁכְתִּי
אֵלֶיךָ אֶל־נַחַל קִישֹׁון אֶת־סִיסְרָא שַׂר־צְבָא יָבִין וְאֶת־רִכְבֹּו וְאֶת־הֲמֹונֹו
וּנְתַתִּיהוּ בְּיָדֶךָ׃
4:8וַיֹּאמֶר
אֵלֶיהָ בָּרָק אִם־תֵּלְכִי עִמִּי וְהָלָכְתִּי וְאִם־לֹא תֵלְכִי עִמִּי לֹא אֵלֵךְ׃
4:9וַתֹּאמֶר
הָלֹךְ אֵלֵךְ עִמָּךְ אֶפֶס כִּי לֹא תִהְיֶה תִּפְאַרְתְּךָ עַל־הַדֶּרֶךְ אֲשֶׁר
אַתָּה הֹולֵךְ כִּי בְיַד־אִשָּׁה יִמְכֹּר יְהוָה אֶת־סִיסְרָא וַתָּקָם דְּבֹורָה
וַתֵּלֶךְ עִם־בָּרָק קֶדְשָׁה׃
4:10וַיַּזְעֵק
בָּרָק אֶת־זְבוּלֻן וְאֶת־נַפְתָּלִי קֶדְשָׁה וַיַּעַל בְּרַגְלָיו עֲשֶׂרֶת אַלְפֵי
אִישׁ וַתַּעַל עִמֹּו דְּבֹורָה׃
4:11וְחֶבֶר
הַקֵּינִי נִפְרָד מִקַּיִן מִבְּנֵי חֹבָב חֹתֵן מֹשֶׁה וַיֵּט אָהֳלֹו עַד־אֵלֹון
[בַּצְעַנִּים כ] (בְּצַעֲנַנִּים ק) אֲשֶׁר אֶת־קֶדֶשׁ׃
4:12וַיַּגִּדוּ
לְסִיסְרָא כִּי עָלָה בָּרָק בֶּן־אֲבִינֹעַם הַר־תָּבֹור׃ ס
4:13וַיַּזְעֵק
סִיסְרָא אֶת־כָּל־רִכְבֹּו תְּשַׁע מֵאֹות רֶכֶב בַּרְזֶל וְאֶת־כָּל־הָעָם אֲשֶׁר
אִתֹּו מֵחֲרֹשֶׁת הַגֹּויִם אֶל־נַחַל קִישֹׁון׃
4:14וַתֹּאמֶר
דְּבֹרָה אֶל־בָּרָק קוּם כִּי זֶה הַיֹּום אֲשֶׁר נָתַן יְהוָה אֶת־סִיסְרָא בְּיָדֶךָ
הֲלֹא יְהוָה יָצָא לְפָנֶיךָ וַיֵּרֶד בָּרָק מֵהַר תָּבֹור וַעֲשֶׂרֶת אֲלָפִים אִישׁ
אַחֲרָיו׃
4:15וַיָּהָם
יְהוָה אֶת־סִיסְרָא וְאֶת־כָּל־הָרֶכֶב וְאֶת־כָּל־הַמַּחֲנֶה לְפִי־חֶרֶב לִפְנֵי
בָרָק וַיֵּרֶד סִיסְרָא מֵעַל הַמֶּרְכָּבָה וַיָּנָס בְּרַגְלָיו׃
4:16וּבָרָק
רָדַף אַחֲרֵי הָרֶכֶב וְאַחֲרֵי הַמַּחֲנֶה עַד חֲרֹשֶׁת הַגֹּויִם וַיִּפֹּל כָּל־מַחֲנֵה
סִיסְרָא לְפִי־חֶרֶב לֹא נִשְׁאַר עַד־אֶחָד׃
4:17וְסִיסְרָא
נָס בְּרַגְלָיו אֶל־אֹהֶל יָעֵל אֵשֶׁת חֶבֶר הַקֵּינִי כִּי שָׁלֹום בֵּין יָבִין
מֶלֶךְ־חָצֹור וּבֵין בֵּית חֶבֶר הַקֵּינִי׃
4:18וַתֵּצֵא
יָעֵל לִקְרַאת סִיסְרָא וַתֹּאמֶר אֵלָיו סוּרָה אֲדֹנִי סוּרָה אֵלַי אַל־תִּירָא
וַיָּסַר אֵלֶיהָ הָאֹהֱלָה וַתְּכַסֵּהוּ בַּשְּׂמִיכָה׃
4:19וַיֹּאמֶר
אֵלֶיהָ הַשְׁקִינִי־נָא מְעַט־מַיִם כִּי צָמֵאתִי וַתִּפְתַּח אֶת־נֹאוד הֶחָלָב
וַתַּשְׁקֵהוּ וַתְּכַסֵּהוּ׃
4:20וַיֹּאמֶר
אֵלֶיהָ עֲמֹד פֶּתַח הָאֹהֶל וְהָיָה אִם־אִישׁ יָבֹוא וּשְׁאֵלֵךְ וְאָמַר הֲיֵשׁ־פֹּה
אִישׁ וְאָמַרְתְּ אָיִן׃
4:21וַתִּקַּח
יָעֵל אֵשֶׁת־חֶבֶר אֶת־יְתַד הָאֹהֶל וַתָּשֶׂם אֶת־הַמַּקֶּבֶת בְּיָדָהּ וַתָּבֹוא
אֵלָיו בַּלָּאט וַתִּתְקַע אֶת־הַיָּתֵד בְּרַקָּתֹו וַתִּצְנַח בָּאָרֶץ וְהוּא־נִרְדָּם
וַיָּעַף וַיָּמֹת׃
4:22וְהִנֵּה
בָרָק רֹדֵף אֶת־סִיסְרָא וַתֵּצֵא יָעֵל לִקְרָאתֹו וַתֹּאמֶר לֹו לֵךְ וְאַרְאֶךָּ
אֶת־הָאִישׁ אֲשֶׁר־אַתָּה מְבַקֵּשׁ וַיָּבֹא אֵלֶיהָ וְהִנֵּה סִיסְרָא נֹפֵל מֵת
וְהַיָּתֵד בְּרַקָּתֹו׃
4:23וַיַּכְנַע
אֱלֹהִים בַּיֹּום הַהוּא אֵת יָבִין מֶלֶךְ־כְּנָעַן לִפְנֵי בְּנֵי יִשְׂרָאֵל׃
4:24וַתֵּלֶךְ
יַד בְּנֵי־יִשְׂרָאֵל הָלֹוךְ וְקָשָׁה עַל יָבִין מֶלֶךְ־כְּנָעַן עַד אֲשֶׁר הִכְרִיתוּ
אֵת יָבִין מֶלֶךְ־כְּנָעַן׃ פ
Peta
DAFTAR
PUSTAKA
1. ALKITAB
2. Constable, Thomas L. “ Teologi Kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, dan Rut,” (Malang: Gandum
Mas, 2005)
3. DenniS,
Green. Pembimbing Pada Pengenalan
Perjanjian Lama (Jawa Tengah: Gandum Mas. 1999)
4. Dianne,
Bergant. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama
(Yogyakarta: Kanisius. 2002)
5. Harison, R.K. “The
Book Of Judge,” dalam Introduction To The Old Testament (Grand Rapids,
Michigan: William R. Eerdmans Publishing House Company, 1969)
6. Lasor, W.S, dkk. Pengantar
dalam Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2008)
7.
Pontas,
Fernandes. Pengenalan Kitab Hakin-Hakim
8. Rowley, H.H “Zaman
Para Hakim,” dalam Ibadah Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006)
9. Simanjuntak. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester.
(Jakarta: Yayasan Bina Kasih)
10. Tafsiran Alkitab Wycliffe
[1] Green,
Dennis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (1999. Jawa Tengah:
Gandum Mas)Hal. 81
[3] W.S.
Lasor, D.A. Hubbard dan F. W. Brush, dalam Pengantar Perjanjian Lama 1 (2008,
Jakarta: BPK Gunung Mulia) Hal. 49-51
Rapids, Michigan: William R. Eerdmans Publishing House
Company, 1969) Hal. 684.
[8] Thomas
L. Constable, “ Teologi Kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, dan Rut,” (Malang:
Gandum Mas, 2005) Hal. 177
[10] Green,
Dennis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (1999. Jawa Tengah:
Gandum Mas)Hal. 81
[11] H.H.
Rowley, “Zaman Para Hakim,” dalam Ibadah Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006)
Hal. 46
Komentar
Posting Komentar