Tafsiran Hakim-hakim 4

BAB 1
PENDAHULUAN

·        Latar belakang umum Kitab
Pada waktu Yosua membaharui perjanjian dengan umat Israel di Sikhem, mereka menegaskan bahwa mereka takkan pernah meninggalkan Tuhan untuk ilah-ilah lain setelah segala sesuatu yang telah diperbuat-Nya bagi bangsa Israel, Yosua menjawab bahwa mereka tidak akan mampu untuk hidup bagi Tuhan, mereka akan tidak setia, dan akan mendatangkan bencana atas diri mereka sendiri (Yosua 24:16-20).Sewaktu hal-hal yang ditakutkan Yosua benar-benar menjadi kenyataan, maka selama beberapa abad, Tuhan secara berkala memberikan pemimpin-pemimpin yang datang membantu Israel tepat pada saat mereka berada diambang kepunahan. Pemimpin-pemimpin ini disebut “pelepas”, atau “orang yang membawa keadilan” atau “hakim-hakim” yaitu nama yang diberikan pada kitab ini. Kitab hakim-hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Hakim adalah “seseorang yang diangkat oleh Tuhan untuk memimpin umat-Nya supaya mengetahui bagaimana seharusnya mereka hidup sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, serta melepaskan mereka dari keadaan kekalahan dan penindasan pada saat-saat yang perlu. ”Hakim-hakim menguraikan tentang 2 dan abad ke-3, sesudah masuknya suku-suku Israel ke Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Kurun waktu yang bersamaan dengan permulaan Zaman besi timur tengah. Kitab ini menggambarkan Serangkaian kejadian kembalinya lagi sebagian umat Allah ke dalam penyembahan berhala, diikuti dengan penyerbuan ke Tanah Perjanjian dan penindasan oleh musuh-musuh mereka. Kitab narasi ini berpusat di sekitar kepribadian hakim-hakim sebagai pahlawan yang dibangkitkan  untuk menjadi pembebas Israel, setiap kali bangsa Israel dengan tulus/sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa mereka. Sisi gelap dari penggambaran ini khususnya ditekankan pada riwayat hidup mereka melalui studi tentang tanggal-tanggal kita bisa mengetahui bahwa umat Israel memelihara kesetiaan kepada Yehowa lewat perilaku yang tampak dari luar lebih besar daripada kalau kita mempelajarinya hanya dengan membaca kitab ini sepintas lalu saja.[1]
                                                                                                                                                                              
a.       Nama Kitab
Kitab ini disebut sesuai dengan tokoh utama yang dikatakan menjadi "hakim-hakim" lsrael. Penulis membedakan antara hakim-hakim "besar" dan hakim-hakim "kecil”. Hakim besar adalah pemimpin militer yang karismatis yang ceritanya panjang-panjang. Hakim kecil adalah mereka yang informasinya hanya sedikit dan lamanya bertugas hanya sebentar.
Kata kerja Ibrani yang biasanya diterjemahkan dengan ”hakim” memiliki dua makna dasar: melakukan fungsi hakim (dalam konteks pengadilan istana atau pengadilan privat) dan memerintah. Tidak seorang pun dari hakim-hakim yang dikaitkan dengan fungsi pengadilan atau penghakiman kecuali Deborah (4:4-5). tetapi ini sebelum ia dipanggil Allah. Kebanyakan hakim-hakim besar melaksanakan fungsi sebagai pemimpin militer dan kadang-kadang sebagai penguasa sipil. Tidak diperoleh informasi mengenai kegiatan hakim-hakim kecil.  Sebutan lain yang digunakan untuk beberapa hakim adalah "penyelamat”. Barangkali ini sebutan asli. paling tidak untuk beberapa hakim. Hakim-hakim besar dikemukakan sebagai karismatis. yaitu dibangkitkan oleh roh Allah untuk membebaskan umat dari penjajahan. Apa pun kekuatan yang diberikan kepada mereka selalu dilihat sebagai hal yang luar biasa.[2]
Pemilihan judul daripada kitab hakim-hakim dalam alkitab terjemahan ITB mengikuti judul daripada Alkitab terjemahan LXX yang memberi judul pada kitab ini (Kritai) yang artinya hakim-hakim, sedangkan dalam MT memberikan judul daripada Kitab ini dengan nama “shôphatîm” yang juga berarti hakim-hakim. Pada Vulgata (Liber Judicum) yang berarti Kitab hakim-hakim juga. Jadi dengan demikian semua memberikan nama yang memiliki arti yang sama yaitu Kitab hakim-hakim. Hal ini disebabkan penjelasan dalam sebagian besar daripada kitab ini memaparkan tentang Allah yang memberikan hakim-hakim untuk dapat memimpin bangsa Israel terlepas dari penjajahan orang-orang disekitar bangsa Israel. Kanon dan Keberadaan Kitab Hakim-hakim. Seperti dalam penjelasan Pengantar Perjanjian Lama 1 dijelaskan bahwa ada beberapa kanon Alkitab, antara lain: Kanon ibrani, kanon Samaria, kanon Yunani, Kanon Yahudi dan Kristen. Kitab hakim-hakim tidak mengalami permasalahan dalam proses pengkanonan Alkitab. Namun dalam proses pengkanonan Alkitab dalam kanon Septuaginta terjadi perubahan sehingga kitab hakim-hakim ada di dalam kumpulan Kitab-Kitab Sejarah. Padahal sebelumnya kitab Hakim-hakim masuk dalam bagian kitab-kitab nabi-nabi terdahulu. Namun dapat disimpulkan bahwa Kitab Hakim-hakim tetap masuk di dalam kumpulan Kitab yang telah lulus dalam proses pengkanonan Alkitab.[3]

b.      Penulis dan waktu penulisan
Menurut tradisi Yahudi, Samuellah yang menulis kitab ini. Isi kitab ini memperkuat bahwa waktu penulisnya adalah sekitar masa hidup Samuel, data serta pandangan-pandangan yang dilaporkan adalah jelas data dan pandangan yang mungkin sekali diketahui oleh Samuel. Tugas-tugas khusus yang diemban Samuel pada masa dewasanya bisa saja memberinya kesempatan maupun kecenderungan untuk mempersiapkan catatan ini. Rupanya kitab ini ditulis pada suatu waktu semasa pemerintahan Saul atau Daud, tetapi sebelum Daud menaklukkan Yerusalem (Hakim-hakim 1:12, dan II Samuel 5:6-8)
Jumlah waktu yang dipertalikan dengan masa pemerintahan berbagai hakim serta selang waktu antara masa-masa pemerintahan itu adalah 410 tahun. Akan tetapi, tanggal relatif yang ditentukan Alkitab dalam I Raja-raja 6:1, selang waktu keseluruhan antara masa keluarnya orang Israel dari Mesir dan tahun keempat pemerintahan Salomo dinyatakan sebagai 480 tahun. Selang waktu ini pasti tidak memberikan 410 tahun penuh masa hakim-hakim saja karena begitu banyak peristiwa sebelum dan sesudah tercakup. Jadi, diperkirakan bahwa tidak semua masa pemerintahan para hakim dan masa kelegaan merupakan suatu rangkaian waktu yang beruntutan bagi bangsa itu sebagai suatu keseluruhan. Mungkin pada waktu yang bersamaan ada lebih dari hakim yang masing-masing memerintah sebuah daerah tertentu . dengan demikian, kronologi itu diringkaskan, dan lama masanya para hakim menurut tradisi telah ditetapkan 300 tahun. Beberapa ahli modern membatasinya sampai sedikit-dikitnya 180 tahun. Karena orang-orang pada zaman dahulu tidak begitu memperhatikan pencatatan secara kronologis dibandingkan dengan para ahli zaman sekarang, kemungkinan besar hal-hal itu akan tetap tidak dipastikan.[4]
Namun dalam pandangan sekarang sangat berbeda dengan tradisi orang-orang Yahudi. Dalam pandangan kaum liberal menganggap bahwa penulis daripada Kitab Hakim-hakim terdiri dari beberapa penulis. Seperti yang telah dijelaskan oleh R. K. Harison menyatakan bahwa pendapat mayoritas kaum liberal sebagai berikut: Penulis pertama, menulis pada masa ujian, ketika banyak cerita disusun (Abad 12 sampai 10 sebelum masehi); kedua, penulis menuliskan dari beberapa sumber dalam bentuk prosa, mungkin juga dari sumber Pentateukh yang lain (Abad 10 sampai 9 sebelum masehi); ketiga, redaksi yang paling dekat daripada Kitab Hakim-hakim dalam dasar dari sumber JE ( abad 8 sampai abad 7 sebelum masehi); dan terakhir pada edisi yang final dari buku yang ada dalam MT (setelah masa pembuangan).5Namun hal ini sangat ditentang oleh kaum Injili. Ada beberapa argumentasi yang dapat menunjukkan bahwa penulis kitab Hakim-hakim bukan terdiri dari orang-orang yang hidup pada masa-masa yang berbeda seperti yang telah dijelaskan teori JEDP tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pengulangan kata-kata yang menunjukkan satu penulis yang sama (band. Hak. 2:11; 3:7; 3:12; 4:1; 6:1; 10:6;13:1, 17:6 dan 21:25). Selain itu adanya bukti penceritaan yang berkelanjutan meskipun tidak semua cerita disusun secara kronologis waktu (band. Hak. 3:31; 4:1; 20:28)[5].
Ada beberapa pandangan yang menyatakan tentang tanggal penulisan Kitab hakim-hakim. Seperti dalam penjelasan F. Duane Lindsey menjelaskan bahwa:”Kitab hakim-hakim ditulis sekitar tahun 1040-1020 sM ”6 sedangkan dalam penjelasan Charles F. Pfeifer menyatakan bahwa: “Bukti dari nats sendiri dengan demikian menunjukkan tanggal penulisan Kitab Hakim-hakim adalah pada awal berdirinya kerajaan (1050-1000 sM) mungkin pada zaman pemerintahan Saul atau pada awal pemerintahan Daud.”7Pernyataan yang cukup berbeda yaitu seperti pandangan Denis Green menyatakan bahwa penulisan kitab ini terjadi pada masa pemerintahan Yosia ( + 621 sM).8 Hal ini tidak benar menurut penulis karena adanya alasan bahwa hal ini ditulis pada masa Saul memerintah sampai kepada masa Daud memerintah Israel. Oleh sebab itu dapat disetujui bahwa kitab ini ditulis pada masa 1050-1000 sM.[6]
c.       Penyusunan Kitab (Teori Sumber)
Kitab ini berisikan satu rangkaian cerita mengenai pahlawan-pahlawan yang telah membebaskan umat dari penjajahan. Aslinya, kisah-kisah yang diceritakan mengenai pembebasan salah satu suku sehingga lingkup geografisnya terbatas. Hanya kemudian pahlawan-pahlawan itu dijadikan pembebas dari seluruh Israel (”pan-Israel"). Cerita-cerita kepahlawanan dari cerita-cerita rakyat ini dimaksudkan sebagai penghiburan dan pendidikan, dan telah dikumpulkan sebelum sejarawan Deuteronomistis (D) memutuskan untuk memanfaatkannya. Mengenai karya sejarawan Deuteronomistis, lihat Pengantar Kitab Yosua.
Kemungkinan penulis D-lah yang memberikan orientasi seluruh Israel kepada para pahlawan ini. Penulis D juga memberikan bingkai teologis pada cerita-cerita mengenai hakim-hakim besar. Kerangka ini menyajikan sebuah pengantar yang menguraikan bagaimana umat telah berdosa: bagaimana Tuhan membiarkan mereka jatuh ke tangan musuh-musuh mereka: dan bagaimana Tuhan mengirimkan seorang penyelamat untuk membebaskan umat jika mereka berseru. Setiap kisah berakhir dengan sebuah catatan mengenai betapa lama tanah itu merasakan kedamaian sebagai akibat dari pembebasan yang diberikan oleh setiap hakim-pembebas. Kerangka ini juga menyajikan kunci untuk menafsirkan kisah para hakim. yaitu bagaimana dosa mengantar pada hukuman. tetapi tobat mengantar pada pembebasan.[7]
d.      Tujuan Penulisan
Setelah melihat tanggal penulisan daripada Kitab Hakim-hakim, ada hal lain yang tidak kalah penting yaitu tujuan penulisan dari Kitab Hakim-hakim. Melalui pembacaan ayat-ayat di dalam Kitab Hakim-hakim memang sering kali menunjukkan suatu sejarah kehidupan bangsa Israel pada masa Hakim-hakim. Namun tujuan daripada penulisan kitab ini lebih menceritakan tentang tindakan Allah yang memberikan hukuman kepada bangsa Israel yang tidak setia dan kemudian menunjukkan kasih setia dengan membangkitkan hakim-hakim. Hal senada juga disampaikan oleh Thomas L. Constable yang menyatakan bahwa: ”Tujuan lain dari penulisan Hakim-hakim rupanya ialah menunjukkan anugerah kekudusan dari Allah untuk memelihara Israel kendati banyak pelanggarannya.”9Kitab ini sekaligus menjelaskan adanya suatu catatan sejarah tentang keadaan yang terjadi dari masa Yosua terakhir memimpin sampai kepada masa sebelum Eli menjadi hakim.[8]
Kitab Hakim-Hakim harus dibaca dalam konteks sejarah Deuteronomistis. Tujuan pengarang ialah menyajikan suatu teologi sejarah yang dasariah: dosa mengantar ke hukuman, tetapi pertobatan memberi pengampunan dan pembebasan. Pesan ini dimaksudkan bagi umat di pembuangan yang baru saja kehilangan tanahnya. Pengarang menjelaskan kepada mereka bahwa mereka kehilangan tanah karena dosa-dosa mereka. Tetapi. bila sekarang bertobat dan kembali kepada Tuhan, Tuhan akan mengampuni mereka lagi dan membebaskan mereka. Sementara ada pesan pengharapan, kitab ini secara keseluruhan menunjukkan intensifikasi kedosaan umat. Kesempatan dosa ini ialah apa yang dikemukakan dalam bab pertama. yaitu Israel tidak mengusir dari negeri mereka bangsa-bangsa lain dengan praktek-praktek berhalanya. Jika orang terus membaca kitab ini, akibat kekacauan dari situasi ini makin lama makin jelas.[9]
Tujuan penulis dalam mengarang kitab ini ialah bukan saja memberi peringatan kepada generasi-generasi berikut bahwa kemunduran rohani menyebabkan kemerosotan moral dan kekalahan militer, melainkan juga untuk mencatat kesetiaan Tuhan yang terus menerus dalam menempati janji-Nya dan memelihara umat-Nya supaya dapat melayani Dia dikemudian hari.
e.       Latar belakang penulisan

Ø  Ekonomi
Bangsa Israel ingin menaklukkan tanah Kanaan, sebab tanah Kanaan adalah tanah yang berlimpah akan segala sumber seperti yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham yang menjadi nenek moyang bangsa Israel. Tanah yang subur dan sangat mendukung untuk kelangsungan hidup bangsa Israel.
Ø  Budaya
Pada waktu orang Israel memasuki Kanaan, mereka tidak menemukan Negara yang bersatu, melainkan banyak kota otonom atau Negara kota dengan pemerintahan yang terpisah-pisah. Kadang-kadang sejumlah Negara-kota bergabung dalam satu persekutuan yang tidak mengikat, tetapi lebih sering mereka bersekutu dengan kekuatan-kekuatan utama, khususnya Mesir, yang kerapkali menguasai kawasan itu. Surat-menyurat dari berbagai beberapa Negara yang ditemukan dalam surat-surat Amarna yang menunjukkan bahwa mereka tidak selalu mendapatkan bantuan dari Mesir yang mereka harapkan atau butuhkan, dan juga bahwa mereka tidak segan-segan berkomplotan satu sama lainnya untuk melawan Firaun. Namun, kisah-kisah di kitab Yosua sebelumnya menunjukkan bahwa mereka dapat bekerja bersama-sama untuk menghadapi musuh yang sama bilamana dibutuhkan.
Ø  Politik
Secara politik, Karena secara geografis tanah Kanaan itu penuh dengan berkat dan sangat menjamin untuk kelangsungan sebuah Negara maka banyak Negara-negara lain yang ingin memperebutkannya sebagai tempat kediaman. Negeri itu dikuasai oleh orang-orang yang tinggal di dalam kota-kota benteng yang merupakan Negara-negara tersendiri. Sebuah kota yang  kuat dapat mengadakan perlawanan terhadap serangan musuh selama jangka waktu yang hampir tak terbatas, selama persediaan air dan makanan mereka cukup. Karenanya perebutan dan pendudukan Kanaan seolah-olah suatu tugas yang berat dan tidak mungkin bagi bangsa Israel.[10]
Ø  Agama
Ada kecenderungan dari bangsa Israel untuk melakukan penyembahan kepada allah-allah lain. Hal ini juga terjadi pada masa Hakim-hakim yang menunjukkan adanya bentuk penyembahan kepada allah lain. Setelah menduduki tanah Kanaan yang diberikan TUHAN yang menyertai setiap suku Israel (band. Hak. 1:17-34). Namun adanya tindakan salah bangsa Israel yang seharusnya menumpas seluruh bangsa-bangsa yang ada di tanah Kanaan, dikemudian hari menjadi suatu persoalan bagi kehidupan bangsa Israel (band. Hak. 1:27-34; 2:21-23). H.H. Rowley menjelaskan tentang kehidupan bangsa Israel pada masa itu dengan mengatakan bahwa: ”Mereka belajar cara bertani dan cara memelihara anggur, dan dalam proses belajar itu mereka mengambil alih ritus-ritus setempat yang berkaitan dengan pertanian.” Ini menunjukkan bahwa adanya proses adaptasi dengan pola-pola kehidupan bangsa-bangsa lain membawa kehidupan spiritual bangsa Israel mulai merosot dengan mempercayai allah-allah lain selain daripada Yahweh.
Dalam penjelasan berikutnya akan dijelaskan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan penyembahan yang dilakukan oleh bangsa Israel seperti Baal, Asytoret, Asyera dan Kuil Mikha. Selain itu juga akan dibahas mengenai keberadaan penyembahan kepada TUHAN Allah. Dalam hal ini Kerohanian bangsa Israel memang merosot bila dibandingkan dengan keadaan Israel pada zaman Yosua. Hal ini dibuktikan dengan penyembahan-penyembahan yang salah yang dilakukan bangsa Israel. Namun di satu sisi, ada pula beberapa orang yang masih melakukan penyembahan kepada TUHAN.[11]

        BAB 2
(PEMBAHASAAN)

·        Pembagian pokok-pokok pikiran
-          Hakim-hakim 4:1-16   = Debora dan Barak
-          Hakim-hakim 4:17-24 = Kematian Sisera
4:1-24 Kisah dalam prosa. Kisah prosa mulai dengan kerangka tradisional (ay. 1-3). Kali ini si penjajah adalah raja Kanaan bernama Yabin, yang memerintah di Hazor dan mempunyai panglima bernama Sisera, yang tinggal di Haroset-Hagoyim. Pelaku sesungguhnya adalah Sisera dan penyebutan Yabin mungkin mempunyai kaitan dengan Yos 11:1 dst. Lokasi dari Haroset-Hagoyim tidak jelas, tetapi rupanya di bagian utara Palestina.
Ayat 4-10 menceritakan panggilan Barak lewat Debora dan ajakannya kepada suku Zebulon dan Naftali untuk berperang. Debora dilukiskan sebagai seorang nabiah dan yang didatangi umat untuk meminta keadilan (ay. 4-5). Ia adalah seorang hakim dalam arti pengadilan. Rama dan Betel hanya beberapa mil jauhnya dari Yerusalem. Suku Debora sendiri tidak jelas. Karena ia memberikan pengadilan di daerah pegunungan Efraim, ia di sini berkaitan dengan suku Zebulon dan Naftali, Barak berasal dari Kedesy sebelah utara Hazor, di daerah suku Naftali. Jumlah sepuluh ribu orang hanya dari dua suku rupanya berlebihan (ay. 10).
Ayat 11 merupakan catatan kaki untuk mempersiapkan ayat 17, menjelaskan bagaimana sebuah kelompok orang Keni, yang dia harapkan menempati wilayah lebih ke selatan ternyata mendiami daerah ini.
Perang sendiri digambarkan dalam ayat 12-16, tetapi ada sedikit rincian dalam kisah itu. Allah diperlihatkan sebagai yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi. Tuhan sendiri yang layak mendapat kemuliaan.
Pembunuhan atas Sisera (ay. 17-22) merupakan pelanggaran atas keramahan menerima tamu. Ini juga tampak ketika Hazor dan kelompok Heber, orang Keni. mengadakan persekutuan antarmereka. Entah dengan alasan apa, Yael, istri Heber memutuskan untuk memihak orang Israel. Ayat 23-24 merupakan kesimpulan biasa dari penulis D. meskipun tidak lengkap. Pengarang D menunda kesimpulan akhir sampai 5:1 sehingga bab 4 dan 5 merupakan satu kesatuan.[1]

·        Tafsiran
Ayat 1
Saat itu Israel berada pada masa tak ada hakim. Ehud yang baru meninggal ialah hakim terakhir. Pola kitab hakim-hakim yaitu ketika hakim meninggal, bangsa tersebut merasa terbebas atau terlepas dari “kungkungan”. Di hakim-hakim 21:25 tercatat, pada zaman itu, tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Dengan kata lain, mereka jadi sangat liar. Terlalu banyak standar hidup sesuai keinginan sendiri.
Ayat 2
Karena bangsa Israel menjadi liar, Tuhan menghajar Israel dengan mengirim bangsa lain untuk menyerang, menjajah, mengintimidasi, menekan, dan menaklukkan mereka. Lalu Tuhan menyerahkan ke dalam tangan Yabin. Yabin adalah yavin, artinya “Allah Mengerti”. Pemimpin persekutuan raja-raja utara yang dikalahkan Yosua dalam suatu pertempuran, dan kemudian Yabin ini dibunuh oleh Yosua (Yosua 11:1-14). Hazor dalam bahasa Ibrani khatsor ialah nama suatu tempat, mungkin artinya “perkampungan”, digunakan sebagai nama dari beberapa tempat dalam Perjanjian Lama, dan yang terpenting diantaranya adalah sebuah kota yang dibentengi terletak di wilayah Naftali (Yosua 19:36). Sedangkan setelah Yabin mati dibunuh oleh Yosua, Yabin ternyata memiliki panglima yaitu Sisera, yang diam di haroset-Hagoyim. Haroset-hayogim ialah kubu disebelah barat laut Kanaan, yang menjadi markas besar Sisera (hakim-hakim 4:2). Nampaknya itulah batas terobosan Israel pada waktu itu. Jadi Allah menghukum mereka dengan bangsa Kanaan.
Ayat 3-4
Tercatat selama 20 tahun kekosongan kepemimpinan, Israel ditindas oleh Kanaan. Yabin, raja Kanaan memberi mandat khusus pada Sisera untuk menyerbu mereka. Dan keadaan sangat mengerikan bagi bangsa Israel. Bangsa Kanaan yang dipimpin oleh Sisera memiliki 900 kuda besi artinya kekuatan yang terdiri dari kendaraan bersenjata ini membuat Sisera tak dapat terkalahkan hingga timbul suatu situasi dimana yang seharusnya menjadi sumber kekuatan, ternyata menjadi rintangan. Akibatnya, mereka dengan hati terdalam berseru meminta bantuan kepada Allah. Allah mendengar seruan umat-Nya lalu membangkitkan hakim baru yang akan memegang tampuk kepemimpinan. Sehingga ketika bangsa itu berseru dan akhirnya Allah menjadikan Debora seorang nabiah dan hakim atas Israel.
Ayat 5
Ia biasanya duduk di bawah pohon korma Debora. Ini jangan dikacaukan dengan pohon besar di bawah pohon mana Debora yang terlebih dahulu dikuburkan disebelah hilir betel (Kejadian 35:8). Korma dalam bahasa Ibrani ialah tamar. Pohon ini tumbuh di lembah Yordan dan nampaknya agak umum dalam Alkitab. Korma melambangkan pertumbuhan yang baik, gaya, kecantikan dan kelurusan (Mazmur 92:13). Korma dipakai sebagai lambang kemenangan dan kegembiraan. Dan rama ialah milik suku Benyamin dekat betel didaerah Gibeon dekat betel. Tempat kediaman orang-orang yang bersejarah.
Ayat 6-7
Debora berkata kepada barak, bukankah Tuhan, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, …….” Ini menunjukkan perintah militer tersebut sungguh mengejutkan karena di ucapkan oleh perempuan. Barak mungkin berpikir, ia dan para tentaranya sudah terbiasa perang bahkan mengetahui strateginya secara detail. Namun dalam ayat ini barak berarti kilat menurut pandangan, kebiasaan serta budaya Israel saat itu, perempuan ialah warga Negara kelas dua yang kehadirannya sungguh dipandang sebelah mata dan tiap perkataannya harus berulang kali di uji kebenaran, validitas serta otoritas. Contoh ketika Maria Magdalena menceritakan kubur kosong dan kebangkitan Tuhan, para murid-Nya ragu.
Gunung Tabor berada menjulang dari dataran Yizreel dengan ketinggian 58 m, di atas permukaan laut dimana gunung Tabor adalah tempat Tuhan Yesus di permuliakan tetapi di ayat 7 melalui Debora Tuhan berkata pada barak “ Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu. Dengan kata lain, mereka akan di tunggang balikkan dan dihancurkan di gunung Tabor untuk menunjukkan kekuasaan-Nya pada Sisera dan Yabin, sungai Kison pada ayat 7 ialah suatu wadi yang tiba-tiba menjadi luapan air yang berkekuatan besar pada waktu hujan; aliran wadi ini bergerak ke arah barat laut melalui lembah Yizreel ke laut tengah di sebelah utara gunung karamel.
Ayat 8-10
Barak juga berarti memberi cahaya dan juga mempunyai pengertian sesuai peranannya sebagai pemimpin Israel. Tapi Imannya cenderung ragu atau plin-plan. Di hakim-hakim 4;8 ini tercatat reaksi pada Debora, ”Jika engkau turut maju aku pun akan maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.” Ia mengajukan tawar menawar. Dua puluh tahun tanpa hakim menimbulkan semacam keraguan karena kebiasaan mendengar Firman telah hilang. Sehingga ketika Firman datang kembali terdengar asing sekali. Selain itu, ia berusaha menjadikan Debora sebagai pelindung di depan untuk membuktikan kebenaran perkataannya. Kalau menjadi kenyataan, ia akan mengakui dan memberi penghormatan pada Debora. Kalau salah, ia tidak mau di salahkan. Sebaliknya, kesalahan akan dilempar kepada Debora karena mungkin banyak tentara mati di medan perang. Upaya tersebut sangat licin sehingga tak jelas terlihat seperti orang tak beriman. Dalam hakim 4:9 Debora memberikan jawaban terhadap syarat barak baik aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam seorang perempuan. Padahal perempuan seharusnya memandang pria lebih tinggi maka harus takluk mutlak padanya. Tapi bukan berarti Debora ingin mengambil alih posisi pria. Sebaliknya barak telah meninggalkan hak istimewanya. Perempuan yang dimaksud ialah Yael. Ia tak berkaitan dengan perdebatan tersebut.
Ayat 11
Adapun heber, orang Keni itu telah memisahkan diri dari suku Keni. Pada Pasal 1:16 Disini menunjukkan satu keluarga suku Keni yang memisahkan diri dari keluarga besarnya diselatan dan datang ke utara sejauh lembah Yizreel untuk mencari nafkah. Bila orang Keni masih menjalankan pekerjaannya selaku tukang-tukang patri, mungkin mereka suka berpindah tempat dari kelompok-kelompok etnis lain dan bersikap netral dalam pertengkaran kelompok ini. Dan ayat 11 ini adalah jalan keterangan pada ayat yang 17.
Ayat 12-16
Perang yang digambarkan dalam ayat ini, tetapi ada sedikit rincian dalam kisah itu. Allah diperlihatkan sebagai yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi Tuhan sendiri yang layak mendapat kemuliaan.
Ayat 17
Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael, Istri Heber, orang Keni itu. Dengan sisa pasukan yang sudah tidak berdaya, tujuan utama dari Sisera adalah menyelamatkan dirinya sendiri. Sebab ada perhubungan baik antara Yabin, Raja Hazor, dengan keluarga Heber, orang Keni itu. Sisera memiliki alasan untuk berpikir bahwa dirinya akan selamat jika dia sudah berhasil mencapai rumah Heber. Jelaslah orang Kanaan tidak menindas orang Keni pengembara yang ada di tengah mereka, dan orang Keni itu tidak ikut terlibat di dalam pemberontakan orang Israel terhadap mereka.[2]
Ayat 18
Yael itu pun keluar mendapatkan Sisera dan berkata kepadanya, "Singgahlah tuanku, silakan masuk." Yael memberikan kesediaan menerima tamu di kemahnya untuk Sisera yang sedang ketakutan. Apakah dia mengundang panglima tersebut ke dalam tendanya untuk membunuhnya merupakan masalah yang tidak dapat dipastikan. Perempuan itu menutupi dia dengan selimut. Arti sesungguhnya dari kata yang diterjemahkan menjadi selimut tidak jelas. Kata tersebut juga dapat diterjemahkan menjadi tirai tenda.
Ayat 19
Lalu perempuan itu membuka kirbat susu, diberinyalah dia minum dan diselimutinya pula. Sisera minta air, namun Yael membuka sebuah kantong yang terbuat dari kulit kambing atau domba yang dipakai untuk menyimpan susu dan memberinya minum susu secawan penuh.
Ayat 20
Berdirilah di depan pintu kemah. Sisera memiliki alasan yang kuat untuk menduga bahwa pasukan Israel sedang mengejarnya. Dia meminta kepada Yael untuk mengatakan kepada pasukan tersebut bahwa dirinya tidak ada di situ. Tindakan Yael yang ramah itu membuat Sisera berpikir bahwa dia bisa mengandalkan perempuan tersebut.
Ayat 21
Tetapi Yael, Istri Heber, mengambil patok kemah . . . lalu dilantakkannyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya ... maka matilah orang itu. Di antara orang Badui, memasang patok kemah merupakan tugas kaum perempuan dan hal ini mungkin sudah berlaku sejak zaman dulu. Patok kemah dan palu yang dipakai Yael mungkin terbuat dari kayu. Sisera yang sudah kelelahan karena harus meloloskan diri dengan sulit, sedang tertidur nyenyak, dan Yael menganggap inilah kesempatannya untuk membunuh musuh Israel itu. Beberapa penafsir berpendapat bahwa Yael tidak setuju dengan sikap netral suaminya (4:17), sehingga tindakannya terhadap Sisera itu merupakan ungkapan kesetiaannya kepada Israel. Apakah tindakannya itu sudah direncanakan sebelumnya atau tidak, bukanlah hal yang penting sepanjang yang menyangkut catatan Kitab Hakim-hakim. Dari sudut pandang Israel, Yael adalah pahlawan perempuan karena membunuh Sisera.
Ayat 22
Pada waktu itu muncullah Barak yang mengejar Sisera. Keluarlah Yael mendapatkan dia. Yael menyampaikan berita baik itu kepada Barak bahwa panglima pasukan Kanaan tersebut telah tewas.
Ayat 23-24
Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, Raja Kanaan, di depan orang Israel. Alkitab tidak memisahkan Allah dari proses sejarah. Tindakan Yael tersebut dikemukakan, namun kemenangan itu tetap disebut sebagai kemenangan Allah. Sampai mereka melenyapkan Yabin artinya tidak ada lagi yang tersisa dari kekuasaan Yabin. Sikap Alkitab terhadap sejarah senantiasa sama. Allah mengizinkan orang kafir untuk menghajar umat-Nya, dan Allah juga yang mengangkat seorang penolong untuk melepaskan mereka. Hubungan sebab akibat itu penting di dalam sejarah, namun Allah dilihat sebagai Kekuatan di balik segala sesuatu yang terjadi, baik atau tidak baik. Bahkan tindakan-tindakan yang paling jahat di dalam Alkitab dikemukakan sebagai melaksanakan maksud Allah (bdg. Kis. 2:23, 24Mzm. 76:10)[3]
·        Teologi naskah
Allah memelihara umat Israel. 
Ø  Kata Tuhan
            Umat Allah harus sering menghadapi situasi sulit yang di dalamnya DIA seolah-olah tidak hadir. Karena keberadaan Israel di tengah mereka, Yabin berikhtiar untuk menghabisi orang Israel. Maka Yabel raja Kanaan itu menindas orang Israel dengan keras melalui panglima tentaranya Sisera yang mempunyai 900 kereta besi. Namun, di tengah-tengah pengalaman itu, umat Israel harus tetap percaya bahwa Allah masih memelihara mereka. Janji-janji-Nya tetap berlaku. Allah tetap ada dan tidak terkalahkan

Ø  Maksud Tuhan
            Iman umat Israel dapat tumbuh, berkembang dan dikuatkan. Apakah kepahitan yang diderita umat Allah itu dapat mendekatkan mereka ke tujuan? Memang sering sulit melihat tujuan, tetapi sekurang-kurangnya pengalaman umat Israel ini menjadi dasar keadilan sosial bagi mereka.

Ø  Konsekuensi
            Umat Israel bukannya berkurang, melainkan bertambah semakin banyak. Bahkan Allah memberkati umat yang mematuhi perintah Allah, telah merasakan berkat yang tak terduga dari Allah.

BAB 3
PENUTUP
·        Kesimpulan
Kitab hakim-hakim adalah menceritakan kehidupan bangsa Israel yang terus berbuat jahat dimata Tuhan. Dalam Tuhan mengambil Debora sebagai hakim dan nabiah atas bangsa Israel, dan dalam kitab ini disebut kitab Prosa yang juga tertulis dalam syair nyanyian Debora atas kemenangannya mengalahkan orang Kanaan, yaitu panglima Sisera atas pertolongan Tuhan yang selalu menyertai para utusan Allah.
·        Aplikasi
Setelah membahas kitab hakim-hakim pasal 4 ayat 1-24, kelompok kami mendapatkan hal-hal kerohanian yang terdapat dalam nats tersebut tentang Debora dan Barak, Yaitu:
1.      Meninggalkan Tuhan mengakibatkan penyembahan berhala, dosa, dan kekalahan. Barang kali semuanya itu disebabkan orang Israel mengabaikan Firman Tuhan. Kalau seandainya bangsa Israel sering membaca kitab Musa, pasti mereka akan menjadi umat yang kudus dan sejahtera. Demikian pula bagi kita semua sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tidak cukup hanya masuk saja dalam berkat rohani (seperti yang dilakukan oleh orang Israel yang telah masuk dalam tanah perjanjian- Kanaan); tetapi hanya melalui cara hidup kita yang penuh iman dan ketaatanlah dapat mengawetkan persekutuan kita dengan Tuhan serta tumbuh dalam kasih karunia. Firman Tuhan mengajarkan bahwa tidak ada saat dalam hidup kekristenan dimana kita dapat berhenti dari berdoa serta membaca firman Tuhan (Efesus 6:18, I Tesalonika 5:17). Kemenangan-kemenangan yang pernah kita peroleh tidak dapat menjamin bahwa kita akan jatuh lagi dalam dosa. Kita tidak boleh kompromi sedikit pun dengan Dosa.
2.      Dosa harus dihukum oleh Tuhan, baik yang dilakukan oleh siapa pun apa pun bentuk pelanggaran yang dapat menyakiti hati Tuhan, dan itulah yang harus diterima oleh banyak orang yang hidup dalam dosa. Dalam hal ini pun kekudusan Allah dan kedaulatan Allah terlihat, dimana Ia memakai bangsa-bangsa lain sebagai Alat-Nya untuk menghukum umat Israel yang tegar tengkuk yang tidak mau berubah oleh kebaikan Allah yang dinyatakan dalam perjalanan umat Israel. Tetapi penghukuman itu terutama dimaksudkan bukan sebagai pukulan saja, melainkan sebagai didikan untuk kebaikan orang Israel kepada jalan yang benar.
3.      Allah bersifat murah hati dan sabar terhadap anak-anak-Nya yang sering berbuat salah. Asal mereka berbalik dan bertobat serta tidak melakukan hal yang serupa yaitu dosa yang dapat memisahkan hubungan kita dengan Allah. Sebab dia selalu bersedia untuk menerima mereka kembali serta melepaskan mereka dari akibat-akibat dosa.
4.      Dalam kedaulatannya, Allah sering kali bertindak dengan cara yang tidak dimengerti oleh manusia, sangat berbeda dengan cara manusiawi. Contohnya ketika barak ingin melawan orang Kanaan yang tangguh, namun barak takut dan masih ragu-ragu dan barak bingung apa yang akan dilakukan Allah bagi bangsanya, dan secara heran Allah membuat bangsa Kanaan itu terserak-serak dengan menggunakan hujan dan alam dengan cara yang tidak dikenal oleh manusia yang dipikirkan kita mustahil namun Allah akan membuat sesuatu yang terbaik dengan cara apa pun yang tidak dimengerti oleh manusia dan cara berpikir kita sendiri. Oleh sebab itu kita jangan takut dan gelisah menghadapi segala sesuatu sebab Allah akan senantiasa akan menolong dan menyertai setiap orang yang mengandalkan kekuatan Allah yang luar biasa.
5.      Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang mengandalkan Tuhan dalam hidup atau dalam suatu organisasinya, serta seorang pemimpin harus berani untuk menyatakan kebenaran atau menguatkan sama halnya ketika barak mengalami kelemahan dan ketakutan, namun Debora memberikan inspirasi kepada kita untuk saling membangun sebagai orang yang percaya dalam Tuhan Yesus Kristus.
6.      Perempuan dapat dipakai secara luar biasa dalam pelayanan yang sangat luar biasa, jadi janganlah kita merasa minder dan takut sebab jika Tuhan yang telah memanggil kita maka ia pula yang akan bertanggung jawab dan yang akan melakukan Tugas-Nya, oleh sebab itu tugas kita ialah untuk melayani Tuhan dan menyatakan kebenaran dalam dunia yang banyak menawarkan berbagai macam kenikmatan.
7.      Dalam kenikmatan jangan kita mudah terbuai, jika kita diberkati oleh Tuhan hendaklah kita jangan sombong dan mulai meninggalkan Allah sebagai sumber berkat kita, namun tetap dalam kekudusan serta minta kekuatan Allah dalam hidup kita.





Teks asli Hakim-hakim 4:1-24

4:1וַיֹּסִפוּ בְּנֵי יִשְׂרָאֵל לַעֲשֹׂות הָרַע בְּעֵינֵי יְהוָה וְאֵהוּד מֵת׃
4:2וַיִּמְכְּרֵם יְהוָה בְּיַד יָבִין מֶלֶךְ־כְּנַעַן אֲשֶׁר מָלַךְ בְּחָצֹור וְשַׂר־צְבָאֹו סִיסְרָא וְהוּא יֹושֵׁב בַּחֲרֹשֶׁת הַגֹּויִם׃
4:3וַיִּצְעֲקוּ בְנֵי־יִשְׂרָאֵל אֶל־יְהוָה כִּי תְּשַׁע מֵאֹות רֶכֶב־בַּרְזֶל לֹו וְהוּא לָחַץ אֶת־בְּנֵי יִשְׂרָאֵל בְּחָזְקָה עֶשְׂרִים שָׁנָה׃ ס
4:4וּדְבֹורָה אִשָּׁה נְבִיאָה אֵשֶׁת לַפִּידֹות הִיא שֹׁפְטָה אֶת־יִשְׂרָאֵל בָּעֵת הַהִיא׃
4:5וְהִיא יֹושֶׁבֶת תַּחַת־תֹּמֶר דְּבֹורָה בֵּין הָרָמָה וּבֵין בֵּית־אֵל בְּהַר אֶפְרָיִם וַיַּעֲלוּ אֵלֶיהָ בְּנֵי יִשְׂרָאֵל לַמִּשְׁפָּט׃
4:6וַתִּשְׁלַח וַתִּקְרָא לְבָרָק בֶּן־אֲבִינֹעַם מִקֶּדֶשׁ נַפְתָּלִי וַתֹּאמֶר אֵלָיו הֲלֹא צִוָּה ׀ יְהוָה אֱלֹהֵי־יִשְׂרָאֵל לֵךְ וּמָשַׁכְתָּ בְּהַר תָּבֹור וְלָקַחְתָּ עִמְּךָ עֲשֶׂרֶת אֲלָפִים אִישׁ מִבְּנֵי נַפְתָּלִי וּמִבְּנֵי זְבֻלוּן׃
4:7וּמָשַׁכְתִּי אֵלֶיךָ אֶל־נַחַל קִישֹׁון אֶת־סִיסְרָא שַׂר־צְבָא יָבִין וְאֶת־רִכְבֹּו וְאֶת־הֲמֹונֹו וּנְתַתִּיהוּ בְּיָדֶךָ׃
4:8וַיֹּאמֶר אֵלֶיהָ בָּרָק אִם־תֵּלְכִי עִמִּי וְהָלָכְתִּי וְאִם־לֹא תֵלְכִי עִמִּי לֹא אֵלֵךְ׃
4:9וַתֹּאמֶר הָלֹךְ אֵלֵךְ עִמָּךְ אֶפֶס כִּי לֹא תִהְיֶה תִּפְאַרְתְּךָ עַל־הַדֶּרֶךְ אֲשֶׁר אַתָּה הֹולֵךְ כִּי בְיַד־אִשָּׁה יִמְכֹּר יְהוָה אֶת־סִיסְרָא וַתָּקָם דְּבֹורָה וַתֵּלֶךְ עִם־בָּרָק קֶדְשָׁה׃
4:10וַיַּזְעֵק בָּרָק אֶת־זְבוּלֻן וְאֶת־נַפְתָּלִי קֶדְשָׁה וַיַּעַל בְּרַגְלָיו עֲשֶׂרֶת אַלְפֵי אִישׁ וַתַּעַל עִמֹּו דְּבֹורָה׃
4:11וְחֶבֶר הַקֵּינִי נִפְרָד מִקַּיִן מִבְּנֵי חֹבָב חֹתֵן מֹשֶׁה וַיֵּט אָהֳלֹו עַד־אֵלֹון [בַּצְעַנִּים כ] (בְּצַעֲנַנִּים ק) אֲשֶׁר אֶת־קֶדֶשׁ׃
4:12וַיַּגִּדוּ לְסִיסְרָא כִּי עָלָה בָּרָק בֶּן־אֲבִינֹעַם הַר־תָּבֹור׃ ס
4:13וַיַּזְעֵק סִיסְרָא אֶת־כָּל־רִכְבֹּו תְּשַׁע מֵאֹות רֶכֶב בַּרְזֶל וְאֶת־כָּל־הָעָם אֲשֶׁר אִתֹּו מֵחֲרֹשֶׁת הַגֹּויִם אֶל־נַחַל קִישֹׁון׃
4:14וַתֹּאמֶר דְּבֹרָה אֶל־בָּרָק קוּם כִּי זֶה הַיֹּום אֲשֶׁר נָתַן יְהוָה אֶת־סִיסְרָא בְּיָדֶךָ הֲלֹא יְהוָה יָצָא לְפָנֶיךָ וַיֵּרֶד בָּרָק מֵהַר תָּבֹור וַעֲשֶׂרֶת אֲלָפִים אִישׁ אַחֲרָיו׃
4:15וַיָּהָם יְהוָה אֶת־סִיסְרָא וְאֶת־כָּל־הָרֶכֶב וְאֶת־כָּל־הַמַּחֲנֶה לְפִי־חֶרֶב לִפְנֵי בָרָק וַיֵּרֶד סִיסְרָא מֵעַל הַמֶּרְכָּבָה וַיָּנָס בְּרַגְלָיו׃
4:16וּבָרָק רָדַף אַחֲרֵי הָרֶכֶב וְאַחֲרֵי הַמַּחֲנֶה עַד חֲרֹשֶׁת הַגֹּויִם וַיִּפֹּל כָּל־מַחֲנֵה סִיסְרָא לְפִי־חֶרֶב לֹא נִשְׁאַר עַד־אֶחָד׃
4:17וְסִיסְרָא נָס בְּרַגְלָיו אֶל־אֹהֶל יָעֵל אֵשֶׁת חֶבֶר הַקֵּינִי כִּי שָׁלֹום בֵּין יָבִין מֶלֶךְ־חָצֹור וּבֵין בֵּית חֶבֶר הַקֵּינִי׃
4:18וַתֵּצֵא יָעֵל לִקְרַאת סִיסְרָא וַתֹּאמֶר אֵלָיו סוּרָה אֲדֹנִי סוּרָה אֵלַי אַל־תִּירָא וַיָּסַר אֵלֶיהָ הָאֹהֱלָה וַתְּכַסֵּהוּ בַּשְּׂמִיכָה׃
4:19וַיֹּאמֶר אֵלֶיהָ הַשְׁקִינִי־נָא מְעַט־מַיִם כִּי צָמֵאתִי וַתִּפְתַּח אֶת־נֹאוד הֶחָלָב וַתַּשְׁקֵהוּ וַתְּכַסֵּהוּ׃
4:20וַיֹּאמֶר אֵלֶיהָ עֲמֹד פֶּתַח הָאֹהֶל וְהָיָה אִם־אִישׁ יָבֹוא וּשְׁאֵלֵךְ וְאָמַר הֲיֵשׁ־פֹּה אִישׁ וְאָמַרְתְּ אָיִן׃
4:21וַתִּקַּח יָעֵל אֵשֶׁת־חֶבֶר אֶת־יְתַד הָאֹהֶל וַתָּשֶׂם אֶת־הַמַּקֶּבֶת בְּיָדָהּ וַתָּבֹוא אֵלָיו בַּלָּאט וַתִּתְקַע אֶת־הַיָּתֵד בְּרַקָּתֹו וַתִּצְנַח בָּאָרֶץ וְהוּא־נִרְדָּם וַיָּעַף וַיָּמֹת׃
4:22וְהִנֵּה בָרָק רֹדֵף אֶת־סִיסְרָא וַתֵּצֵא יָעֵל לִקְרָאתֹו וַתֹּאמֶר לֹו לֵךְ וְאַרְאֶךָּ אֶת־הָאִישׁ אֲשֶׁר־אַתָּה מְבַקֵּשׁ וַיָּבֹא אֵלֶיהָ וְהִנֵּה סִיסְרָא נֹפֵל מֵת וְהַיָּתֵד בְּרַקָּתֹו׃
4:23וַיַּכְנַע אֱלֹהִים בַּיֹּום הַהוּא אֵת יָבִין מֶלֶךְ־כְּנָעַן לִפְנֵי בְּנֵי יִשְׂרָאֵל׃
4:24וַתֵּלֶךְ יַד בְּנֵי־יִשְׂרָאֵל הָלֹוךְ וְקָשָׁה עַל יָבִין מֶלֶךְ־כְּנָעַן עַד אֲשֶׁר הִכְרִיתוּ אֵת יָבִין מֶלֶךְ־כְּנָעַן׃ פ

   


















Peta
 
























DAFTAR PUSTAKA
1.      ALKITAB
2.      Constable, Thomas L. “ Teologi Kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, dan Rut,” (Malang: Gandum Mas, 2005)
3.      DenniS, Green. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (Jawa Tengah: Gandum Mas. 1999)
4.      Dianne, Bergant. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius. 2002)
5.      Harison, R.K. “The Book Of Judge,” dalam Introduction To The Old Testament (Grand Rapids, Michigan: William R. Eerdmans Publishing House Company, 1969)
6.      Lasor, W.S, dkk. Pengantar dalam Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2008)
7.      Pontas, Fernandes. Pengenalan Kitab Hakin-Hakim
8.      Rowley, H.H “Zaman Para Hakim,” dalam Ibadah Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006)
9.      Simanjuntak. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester. (Jakarta: Yayasan Bina Kasih)
10.  Tafsiran Alkitab Wycliffe


[1] Bergant, Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (2002. Yogyakarta: Kanisius) Hal. 251-252

[2] Simanjuntak. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester. (Jakarta: Yayasan Bina Kasih)
[3] Tafsiran Alkitab Wycliffe


[1] Green, Dennis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (1999. Jawa Tengah: Gandum Mas)Hal. 81
[2] Bergant, Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (2002. Yogyakarta: Kanisius) Hal. 251
[3] W.S. Lasor, D.A. Hubbard dan F. W. Brush, dalam Pengantar Perjanjian Lama 1 (2008, Jakarta: BPK Gunung Mulia) Hal. 49-51
[4] Simanjuntak. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester. (Jakarta: Yayasan Bina Kasih)
[5] R.K. Harison, “The Book Of Judge,” dalam Introduction To The Old Testament (Grand
Rapids, Michigan: William R. Eerdmans Publishing House Company, 1969) Hal. 684.
[6] Fernandes Pontas , Pengenalan Kitab Hakin-Hakim
[7] Bergant, Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (2002. Yogyakarta: Kanisius) Hal. 251
[8] Thomas L. Constable, “ Teologi Kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, dan Rut,” (Malang: Gandum Mas, 2005) Hal. 177
[9] Bergant, Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (2002. Yogyakarta: Kanisius) Hal. 251-252
[10] Green, Dennis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (1999. Jawa Tengah: Gandum Mas)Hal. 81
[11] H.H. Rowley, “Zaman Para Hakim,” dalam Ibadah Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006) Hal. 46



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsiran Roma 12 : 1-8 “Persembahan Yang Benar”

Surat-Surat Yohanes dan Injil Yohanes

Khotbah Kitab Obaja 1:1-16