Tugas Akhir Semester "Hermeneutik PB II"
Nama : Sara Claudia Tuwomea
Nim : 201541283
Mata Kuliah : Hermeneutik Perjanjian Baru II
Dosen : Pdt. Dr. Victor Merentek
TUGAS AKHIR SEMESTER
INJIL LUKAS 15 : 1-7 “ Perumpamaan Tentang
Domba Yang Hilang”
LATAR BELAKANG
Hanya
Injil Lukas yang menuliskan alamat untuk siapa injil ini dialamatkan. Pada
mulanya penginjil dihubungkan dengan seorang yang menemani Paulus dalam
Pekabaran Injil. Ada yang menyimpulkan Lukas menemani Paulus dalam
perjalanannya yang ketiga sampai ke Roma. Tradisi lain mengatakan Lukas
menemani Paulus tapi ia memulaikan tulisan Injil ini ketika berada di Kaisaria
dan Injil Lukas ditulis ketika sudah berada di Roma bersama Paulus ±60/61
dan selesai tahun 80-an seperti Injil Matius. Lukas mengalamatkan injil ini
pada Teofilus (lihat pasal 1:1) yang adalah seorang Tuan yang dihormati, punya
kedudukan dan turut membangun kehidupan Gereja walaupun berlatarbelakang kafir
Yunani namun mengenal Yesus Kristus. Maka Lukas memanfaatkan kesempatan ini
untuk dapat menyebarkan Injil lewat Teofilus (dari bahasa Yunani qeoV
“Allah” dan jilleo
“mengasihi sehingga artinya untuk seluruh jemaat). Tidak ada injil yang lain,
hanya Lukas yang lebih menekankan Yesus sebagai sahabat semua orang.[1]
Lukas
memperhatikan kebutuhan akan suatu paparan baru untuk generasi baru dalam
situasi yang berbeda, sehingga ia menyebut karya-karya pengarang sebelum ia
pada permulaan Injilnya. Lukas adalah seorang Kristen yang berbahasa Yunani,
barangkali seorang ayng ditobatkan Paulus di Antiokhia (daerah Syria) atau Asia Kecil pada menjelang
akhir abad I. salah satu Tema besar Lukas adalah Pertobatan orang berdosa
adalah sumber kegembiraan besar di Sorga (15:7-10).[2]
TAFSIRAN
Ayat
1
Ayat
ini menunjukan kegigihan para pemungut cukai (mereka adalah orang-orang Yahudi yang mengutip uang cukai dari petani
yang membawa barang keluar atau masuk ke suatu kota dan umumnya dibenci orang
Yahudi)[3]
dan orang berdosa mengikuti Kristus dalam pelayanan-Nya. Pemungut cukai ini dan
orang berdosa berbondong-bondong datang pada-Nya dengan perasaan rendah hati dan
ada rasa takut akan ditolak olehNya, dan mereka datang lalu mendekat untuk
mendengarkan pengajaran Yesus berbeda dengan sebagian orang yang datang pada
Yesus hanya untuk meminta kesembuhan.[4]
Ayat
2
Para ahli Taurat dan orang Farisi
yang datang pada Yesus merasa jengkel dan bersungut-sungut (berarti menyatakan tidak setuju atau tidak senang melalui sikap
tertentu dan dengan mengeluarkan suara
tertentu) serta menegur Yesus karena menerima orang-orang berdosa untuk
makan bersama-sama dengan mereka. Mereka marah karena para pemungut cukai dan
orang-orang bukan Yahudi diberi kesempatan menikmati anugerah dan dipanggil
untuk bertobat. Mereka berpendapat kalau Kristus hanya merendahkan diriNya
sendiri dengan berbuat demikian dan merendahkan maratabat-Nya karena bergaul
dengan orang orang seperti pemungut cukai dan orang berdosa.
Ayat
3
Perumpamaan
pada dasarnya sebuah perumpamaan ialah suatu cerita pendek dari kehidupan
sehari-hari yang mengandung arti kiasan, dan bertujuan untuk menyampaikan
ajaran tentang kebenaran kerohanian. [5]Mendengar
teguran dari para ahli Taurat dan Orang farisi maka Yesus memberikan suatu
perumpamaan. Karena dimata Sorga akan lebih menyenangkan melihat bangsa-bangsa
bukan Yahudi berbalik dan beribadah kepada Allah yang benar, daripada melihat
orang-orang Yahudi terus menjalankan ibadah mereka. Dan akan lebih menyenangkan
melihat para pemngut cukai dan orang berdosa menjalani hidup sesuai dengan
aturan, daripada melihat ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus
menjalani cara hidup mereka.[6]
Ayat
4
Dalam tafsirannya Barclay
menjelaskan tentang perumpamaan Yesus mengenaai domba yang hilamg. Dimana
gembala di Yudea mempunyai tugas yang sulit dan berbahaya dan tidak ada tembok
yang dapat menghalangi domba-domba itu
dari kejatuhan dalam jurang.
Gembala secara pribadi bertanggung jawab bagi domba-dombanya, jadi jika
ada yang hilang maka gembala itu harus membawa pulang kerumah paling tidak
bulunya untuk memperlihatkan bagaimana domba itu mati. [7]Perumpaan
tentang salah satu domba yang hilang dari kawanannya ini menunjukan keadaan
orang berdosa yang terus hidup dalam dosa. Ia tersesat dari Allah, yang
seharusnya mendapatkan kehormatan dan
pengabdian. Ia tersesat dari kawanannya, yang tidak lagi berkumpul bersama. Ia
tersesat dari dirinya sendiri dan ia tidak tahu dimana ia berada dan berjalan
tanpa arah dan tujuan. Ia tersesat dan terancam binatang buas, merasa takut dan
jauh dari perlindungan gembalanya dan tidak dapat menemukan jalan kembali ke
kawanannya. Sementara domba yang tidak tersesat tetap aman dipadang gurun, tapi
untuk domba yang hilang harus diberikan perhatian yang khusus. Karena walaupun
ada seratus ekor domba suatu kawanan yang besar, Ia tidak mau kehilangan seekor
dombapun maka ia pergi mencarinya dan menunjukan perhatian yang sangat besar. Untuk
menemukan domba yang hilang itu maka Ia mengikutinya, bertanya-tanya tentang
dia dam mencarinya sampai Ia menemukannya. Allah terus. Maksudnya adalah bahwa
Allah mengikuti orang-orang berdosa yang berbalik dari-Nya dengan panggilan
Firman-Nya sehingga mereka berpikir unutk kembali lagi pada-Nya. Dan walaupun
ia mendapati domba itu kelelahan dan mungkin cemas serta letih, Ia tidak
membiarkannya begitu saja lalu binasa tapi diletakkanya diatas bahu dengan
penuh lembutan dan perhatian.[8]
Ayat
5
Ketika Ia menemukan domba yang
hilang itu maka diletakkanya di atas bahu-Nya dengan gembira karena
pencarian-Nya tidak sia-sia. Sukacita-Nya itu bertambah besar karena sebelumnya
Ia sudah merasa hilang harapan untuk menemukan domba yang hilang itu. ini
merupakan perasaan Allah ketika melihat orang berdosa berbalik dan bertobat.[9]
Ayat
6
Dengan
merasakan sukacita yang besar maka Ia pun memanggil sahabat-sahabat dan
tetangga-Nya, para gembala di sekitarnya yang menjada domba-domba mereka dan
berkata kepada mereka “Bersukacitalah bersama-sama dengan Aku”. Allah menyebut
domba itu sebagai domba-Nya meskipun domba itu sudah tersesat dan keluyuran ke
mana-mana, oleh karena itu ia sendiri yang mencari domba-Nya yang hilang itu.[10]
Ayat
7
Setelah memberikan perumpamaan
tentang domba yang hilang itu, maka Yesus berkata bahwa aka nada sukacita yang
besar di Sorga karena satu orang bertobat daripada Sembilan puluh Sembilan
orang benar yang hidupnya tidak memerlukan pertobatan dan berlaku tidak benar.
Inilah gambaran Yesus mengenai Allah bahwa Allah seperti gembala itu, ia juga akan merasa sangat gembira
apabila seekor domba ditemukan kembali. Yesus menjelaskan sifat Allah yang
penuh kasih dan penuh kuasa sehingga menggambarkan tentang diri-Nya sendiri
atas nama Allah masuk kedunia ini untuk mencari yang hilang. Barclay
mencantumkan suatu pikiran yang mengagumkan dalam tafsirannya yaitu, adalah
suatu kebenaran yang hebat bahwa Allah lebih berbelas kasihan daripada manusia.
Allah mengasihi orang yang tidak pernah jauh dari-Nya, tapi dalam hati-Nya
terdapatlah kegembiraan di atas segala kegembiraan apabila seseorang yang
terhilang ditemukan kembali dan pulang ke rumah bapa. Adalah jauh lebih mudah
untuk kembali kepada Allah daripada kembali ke rumah dibawah kritik yang dingin
dari manusia.[11]
BERITA BAGI PEMBACA MASA MULA
Dalam pembacaan Lukas 15:1-7 ini
menceritakan akan perumpamaan yang Yesus berikan kepada para Ahli Taurat dan
Orang Farisi mengenai domba yang hilang (ay.4). Yesus menggambarkan Allah
sebagai Gembala yang mencari domba yang tersesat, dan yang menjadi domba yang
tersesat atau hilang itu adalah pemungut cukai dan orang berdosa. Kisah ini mau
menggambarkan bagaiamana kasih Allah kepada jemaat saat itu khususnya
orang-orang bukan Yahudi yang berdosa namun mau bertobat, dan cara-Nya mau
menyadarkan orang-orang Yahudi di dalamnya para Ahli Taurat dan Orang Farisi
yang tau akan Hukum Taurat namun tidak hidup menurut kehendak Allah. dapat
dilihat disini pengaruh dari apa yang Yesus ajarkan kepada orang farisi,
dimata-Nya setiap orang berdosa adalah berharga sehingga Ia mamu mencari setiap
pendosa dengan segenap hati-Nya. Pada ayat yang ke-7 Yesus kembali memberikan
penegasan atau penjelasan kepada mereka bahwa akan ada satu sukacita besar jika
orang yang berdosa mau bertobat daripada ada orang benar yang tidak memerlukan
pertobatan (ay.7). Hal ini seharusnya dapat menyadarkan mereka jemaat saat itu
yang membeda-bedakan status, merasa paling benar atau suci sehingga tidak mau
bergaul dengan orang yang berdosa atau tidak berasal dari suku bangsa yang
sama. Padahal Yesus Kristus Anak Allah yang tunggal yang turun kedunia menjadi
gembala dan mencari dombanya yang sesat yaitu manusia yang berdosa tidak
menutup diri untuk menerima mereka yang datang untuk bertobat. Jadi sekalipun
seorang Ahli Taurat ataupun Orang Farisi yang merasa benar tidak memiliki hak
untuk melarang orang berdosa yang mau datang mendengarkan firman yang
disampaikan Yesus.
BERITA BAGI PEMBACA MASA KINI
Perumpamaan mengenai domba yang
hilang ini memiliki kisah yang indah tentang kebaikan kasih Allah, yang
sekalipun kita sudah tersesat dan sudah jauh tapi Ia tetap mencari
kita.hati-Nya selalu tertuju pada kita dan memperdulikan kita. mungkin ketika
kita mengalami pergumulan oang lain tidak menaruh harapan pada kita, namun
Allah tidak begitu. Allah adalah Maha Pengampun dan selalu merindukan kita
sehingga Ia akan mengampuni kita yang telah berdosa. Tetapi dalam zaman
sekarang banyak seklai orang yang ketika berbuat dosa, justru lari dan
berpaling kepada hal-hal duniawi dan tidak mau mengandalkan Tuhan. Mungkin
karena rasa bersalah yang besar dan takut untuk kembali kepada Allah. Allah
adalah gembala yang baik pada kawanan dombanya jadi tidak sekalipun Ia akan
meninggalkan kita. Sebagai orang Kristen sangatlah penting bagi kita untuk memahami suatu pertobatan.
Karena banyak orang yang mengira pertobatan sekedar penyesan saja, tapi
pertobatan adalah perubahan pikiran, perubahan perasaan dan perubahan sikap
yang seutuhnya dan tidak mau kembali ke jalan yang tidak benar. Maka ketika
Yesus telah mencari kita yang hilang untuk kembali pada jalan-Nya maka
janganlah menghindar tapi berbaliklah pada-Nya sebab ia tidak pernah membiarkan
kita sendirian.
[1] Pdt. Victor Merentek
[2]
Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2002)
[3] INJIL LUKAS (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2005), Hal. 494
[4] Matthew Henry, INJIL LUKAS 13-24, (Surabaya: Momentum, 2009), Hal. 550-551
[5] INJIL LUKAS (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2005), Hal. 495
[6]Matthew Henry, INJIL LUKAS 13-24, (Surabaya: Momentum, 2009), Hal. 552
[7] William Barclay, Pemahaman ALKITAB Setiap Hari LUKAS, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), Hal. 292-293
[8] Matthew Henry, INJIL LUKAS 13-24, (Surabaya: Momentum, 2009), Hal 553
[9] Matthew Henry, INJIL LUKAS 13-24, (Surabaya: Momentum, 2009), Hal 554
[10] Matthew Henry, INJIL LUKAS 13-24, (Surabaya: Momentum, 2009), Hal . 554
[11] William Barclay, Pemahaman ALKITAB Setiap Hari LUKAS, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), Hal. 294
Komentar
Posting Komentar