Surat-Surat Yohanes dan Injil Yohanes

SURAT 1 YOHANES
a.        Penulis, Tempat, dan waktu penulisan

                                  Penulis surat ini tidak memperkenalkan dirinya, sehingga dokumen ini diturunkan secara anonym (tanpa nama). Mungkin para pembaca saat itu tidak sulit mengenal siapa penulis surat ini. Akan tetapi, sulit bagi kita pada saat ini untuk mengenal siapa penulisnya. Pada tahun 200M, Irenius mengatakan bahwa tulisan ini adalah hasil karya Yohanes, karena beberapa alasan. Pertama, cara berpikir penulis mirip dengan cara berpikir penulis Injil Yohanes, yakni seputar pokok yang hendak disoroti dari berbagai segi. Kedua, bahasa Yunani dan gaya bahasa yang dipakai sangat dekat. Banyak kosakata dan istilah dalam Injil Yohanes yang juga terdapat dalam 1 Yohanes. Ketiga, teolog Surat 1 Yohanes sangat berdekatan dengan teologi Injil Yohanes. Sungguhpun demikian memang ada sedikit perbedaan, karena pokok perhatian yang bergeser. Injil Yohanes merupakan tulisan yang hendak memperdalam iman umat dan membelanya terhadap orang luar (Yahudi). Sedangkan, surat 1 Yohanes mau menyelamatkan iman umat dari rongrongan orang Kristen yang berasal dari dalam jemaat sendiri.

                                  Pendapat ini disampaikan berdasarkan pertimbangan bahwa ada juga perbedaan-perbedaan antara Injil Yohanes dan penulis Surat 1 Yohanes, sebagai berikut :
1.                  Sebutan “Parakletos” dalam 1 Yohanes hanya dipergunakan untuk menyebut Yesus(2:1). Sedangkan, dalam Injil Yohanes, sebutan tersebut dipergunakan juga untuk Roh Kudus (Yoh.14:16, 26; 15:26; 6:7).
2.                  Dalam 1 Yohanes, Roh Kudus adalah kebenaran. Sedangkan, dalam Injil Yohanes, Yesuslah kebenaran (Yoh.14:6)
3.                  Menurut 1 Yohanes, hanya Allah yang adalah terang (1:5, 7).
4.                  Istilh ‘dunia’ dalam 1 Yohanes semata-mata negative (2:16; 4:1-5; 5:19)
5.                  Dalam Surat 1 Yohanes, ada istilah parousia, pendamaian, anti Kristus, dan pengurapan, namun tidak ada dalam Injil Yohanes. Sebaliknya, istilah anak manusia, kemuliaan, lahir dari atas, berasal dari ata, dan kebangkitan hidup yang ada di dalam Injil Yohanes, tidak ada dalam Surat 1 Yohanes.
6.                  Dalam 1 Yohanes, tidak terdapat kutipan dari Perjanjian Lama. Sedangkan, Injil Yohanes banyak mengutip dari Perjanjian Lama.[1]

b.      Jemaat yang Terpecah, Terlibat dalam Perdebatan Membela Ajaran yang Benar
                      Bertolak dari 1 Yohanes 2:19(band, 4:1,2), maka jelas bahwa telah terjadi suatu perpecahan daam jemaat Yohanes. Ada beberapa anggota yang telah meninggalkan persekutuan jemaat itu dan membentuk kelompok sendiri. Yohanes mengatakan, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita”. Kita tidak tau mengapa kelompok ini memisahkan diri dari komunitas Yohanes. Menurut 1 Yohanes 1:3, tampaknya Yohanes masih mengharapkan mereka untuk kembali. Tentu saja hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Rupanya, kelompok yang memisahkan diri itu sudah terpengaruh dengan ajaran yang lain.
                      Kelompok yang memisahkan diri itu menyatakan bahwa mereka telah memiliki persekutuan dengan Allah sebagai terang dan tanpa dosa (1:6, 8-10). Sebaliknya, penulis Surat 1 Yohanes menegaskan bahwa mereka berjalan dalam kegelapan dan menipu diri mereka sendiri ketka mereka mengatakan bahwa mereka tidak berdosa. Jadi, menurut kelompok tersebut, keilahian dan kemanusiaan Yesus itu semula terpisah. Ketika Yesus dilahirkan, Ia lahr sebagai manusia biasa. Ketika Ia dibaptis, Kristus bersatu dengan Yesus atau yang Ilahi bersatu dengan insani. Akibatnya, kematian Yesus tidak membawa arti apa-apa bagi keselamatan manusia. Yesus sendiri tidak pernah bangkit.[2]

c.       Pokok-Pokok Teologis Surat 1 Yohanes
·        Membela kebenaran Tradisi Gereja
Penulis 1 Yohanes memberikan jaminan kepada jemaatnya bahwa sesngguhnya merekalah yang memiliki tradisi yang benar, karena mereka telah diurap oleh Roh Kudus untuk mengetahui apa yang mereka perlu tahu (2:20). Mereka tidak perlu terpengaruh dengan ajaran yang lebih “progresif” daripada tradisi yang telah mereka terima ketika mereka menjadi Kristen. Dalam upaya membela ajaran tentang Yesus,, Yohanes mengarahkan perhatian jemaatnya kepada identitas Yesus. Menurut Yohanes, Yesus yang menjadi daging (manusia) dan diam diantara kita itu, sejak awal bersama-sama dengan Allah.
·        Yesus Kristus Sungguh-sungguh Manusia
Yohanes sangat menekankan kemanusiaan Yesus Kristus. Dalam 1 Yohanes 1:1-4, ditegaskan bahwa Yesus Kristus yang adalah firman hidup itu “telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”Perkataan”dengar”lihat,”dan”raba”sangat ditekankan oleh Yohanes untuk menunjukan unsur-unsur kejasmanian Yesus Kristus. Dalam perkataan lain, Yesus Kristus yang mereka beritakan itu sungguh-sungguh manusia yang memiliki tubuh dan darah (1 Yoh. 5:6-9;band.Yoh.19:34-35).
·        Yesus Telah mati untuk Pengampunan Dosa
Menurut Yohanes, orang Kristen tidak boleh berbuat dosa, sebab orang yang berbuat dosa melangar hukum Allah(2:4) dan tidak sesuai dengan persekutuan bersama Allah. Di dalam Allah tidak ada dosa(3:5). Orang Kristen diingatkan akan kemungkinan berbuat dosa. Yohanes menggunakan ungkapan “Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa maka kita menipu diri kita sendiri”(1:8). Yesus teah mati untuk pengampunan dosa. Kematian Kristus adalah pemenuhan atas Ibadah Hari Perdamaian.  Menurut Yohanes, darah Yesus telah menggantikan darah korban tesebut. Darah Yesus telah menyucikan kita dari segala dosa (1:7). Dosa merupakan pelanggaran hukum(anomia) Allah.
·        Dosa adalah Bukti Persekutuan dengan Allah
Yohanes membuktikan bahwa kasih kepada saudara di dalam iman kepada Tuhan adalah bukti seseorang memiliki persekutuan dengan Allah(1:6),mengenal Dia(2:4; 4:7-8), tetap di dalam Dia(2:6; 4:16),serta mengasihi Dia (4:19, 21; 5:1-3). Ada dua alasan yang Yohanes berikan. Pertama, Yohanes menyatakan bahwa ada dua kemungkinan bagi seseorang dalam menyatakan sikap. Kedua, Yohanes mempertahankan bahwa mereka yang mengenal Alah dan tetap di dalam Dia akan meniru tindakan kasih-Nya. Perbuatan kasih itu dapat diwujudkan melalui tindakan berbgi atau memberikan tindakan kepada saudaranya yang membutuhkannya. Kasih harus diwujudkan.[3]
SURAT 2 YOHANES
a.      Penulis
Penulis surat ini menggunakan gelar ‘ho presbyteros’ (tua-tua, penatuan; 2 Yoh. 1,3 Yoh. 1), yakni seseorang yang memegang jabatan khusus dalam gereja. Penatua ini adalah seseorang tokoh dalam jemaat yang cukup berwibawa, sehingga tanpa menyebutkan namanya, semua anggota sudah mengenal dia. Tampaknya ia adalah seseorang yang memelihara tradisi, sehingga ia sangat dihormati di dalam jemaat. Hieronimus (400 M) menyatakan bahwa penulis kedua surat ini lain dari Yohanes dan 1 Yohanes. Untuk mengetahui siapakah penulis ini, perlu dilakukan penelitian yang lebih jauh lagi. Jadi, penulis surat ini tetap belum jelas. Yang pasti, penulis adalah seorang Kristen yang berwibawa di dalam jemaat yang disapa dalam 2 Yohanes dan 3 Yohanes.[4]
Dalam pembukaannya , seorang presbyteros (penatua) disebutkan sebagai pengirimnya, tetapi namanya tak disebutkan. Penutup dari kedua dari surat ini mengandung salam, yang didahului oleh suatu ungkapan yang berbunyi seperti sebuah rumusan baku. Di situ singkatnya dokumen itu disebabkan karena pengarang bermaksud melakukan suatu kunjungan pribadi (2 Yohanes 12:3; 3 Yohanes 13-14).
2  Yohanes dialamatkan kepada salah satu kuria (wanita) (“wanita” disini dipakai sebagai suatu sebutan untuk jemaat) yang terpilih dan anak-anaknya, dengan kata lain kepada sebuah jemaat. Kita diberitahukan bahwa mereka dikasihi bukan saja oleh si pengarang tetapi juga oleh semua orang yang mengenal kebanaran itu, yaitu oleh semua orang Kristen sejati.[5]
b.      Tempat dan Waktu Penulisan
Tempat jemaat ini juga sulit ditentukan dengan pasti. Mereka tentu saja masih berada dalam satu lingkungan dengan komunitas Yohanes dan 1 Yohanes. Bila demikian, maka kita dapat menduga bahwa jemaat ini berada di daerah Syria.
            Surat ini sama sekali tidak memberitahukan kepada kita tentang waktu penulisannya. Oleh karena itu, sulit bagi kita untuk menentukan waktu yang tepat. Namun, mengingat kesamaan antara 1 Yohanes dengan 2 dan 3 Yohanes, maka kita menduga bahwa sura ini ditulis bersamaan waktunya dengan surat 1 Yohanes. Jadi, surat ini kemungkinan ditulis sekitar tahun 100-110 M.[6]
c.       Jemaat yang Dibingungkan dengan Ajaran Sesat
Surat 2 Yohanes dialamatkan kepada ‘Ibu yang terpilih dan anak-anaknya.’ Maksud dari ungkapan ini adalah suatu jemaat (jemaat rumah) beserta anggotanya (anaknya). Sedangkan, salam bagi ‘anak-anak saudaramu yang terpilih’ merujuk kepda sebah jemaat lain.
Dalam 2 Yohanes 1:7 sang penatua mengingatkan tentang para pengajar sesat yang berkeliling dari jemaat yang satu ke jemaat yang lain. Para guru sesat itu mau mengakui bahwa Yesus Kristus datang sebagai manusia (daging). Oleh karena itu, para penatua menyebutkan mereka sebagai antrikristus. Keadaan ini tentu membingungkan bagi jemaat selanjutnya, ia menasihati jemaat agar waspada terhadap bahaya-bahaya yang datang dari pihak penyesat-penyesat yang mengancam iman sejati kepada Yesus Kristus yang telah datang dalam daging[7].
d.      Pokok-pokok Teologis
1.      Peliharalah kasih satu kepada yang lain
Menurut sang penatua kasih itu merupakan perintah Allah. Maka, jemaat harus hidup didalam kasih itu. Maksudnya, “kamu (jemaat) harus berjalan, atau melaksanakan kasih itu, karena kasih itu merupakan tindakan yang terutama mengarah pada Tuhan dan sesama.
2.      Kewaspadaan menghadapi para penyesat
Sang penatua meminta supaya jemaat berwaspada terhadap para penyesat itu. Oleh karena itu, ia mengingatkan mereka, agar mereka berwaspada, bukan hanya supaya pemberitaan Injil ditengah jemaat itu tidak gagal, tetapi juga supaya jemaat mendapat upanya, kewaspadaan itu juga menyangkut soal “ajaran” yaitu “ajaran Kristus”. Yang dimaksud rupanya ancaman ajaran sesat itu begitu serius, sehingga ia melarang jemaat sebagai suatu persekutuan memberikan toleransi atau peluang sekecil apapun terhadap ajaran para penyesat itu (mereka akan merusak iman jemaat).[8]

SURAT 3 YOHANES
a.      Penulis, Tempat, dan Waktu Penulisan Surat  
   Penulis menyebut dirinya sebagai “penatua” (presbyteros). Penyebutan in sama dengan 2 Yohanes. Maka, disepakati bahwa penatua yang menulis surat ini adalah orang yang sama edengan penata yang menulis surat 2 Yohanes. Tempat penyusunan tampaknya di Asia Kecil, di kota Efesus. Surat 3 Yohanes 1:9 menunjuk kepada 2 Yohanes, sehingga 3 Yohanes tentunya ditulis setelah 2 Yohanes, tetapi tentu saja dalam jarak waktu yang tidak panjang, karena serangan yang kuat dari para pengajar sesat itu tentu perlu ditangani secra cepat juga. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis sekitar tahun 100/110.

b.      Jemaat yang Bingung Dengan Dua Kepemimpinan yang Tidak Sejalan.
     Surat ini dialamatkan kepada seseorang yang bernama Gayus (3 Yoh. 1). Dalam surat ini, Gayus disapa sebagai “saudaraku yang kekasih” (3 Yoh 2,5,11). Nama (Gayus) ini kelihatannya telah menjadi nama yang umum dipergunakan pada waktu itu. Misalnya, dalam 1 Korintus 1:4 (band. Rm. 16:23). Di sana kita membaca tentang nama Gayus. Dalam rombongan Paulus juga ada orang yang bernama Gayus (Kis 19:29; 20:4). Akan tetapi, surat ini tampaknya tidak ditujukan kepada Gayus itu. Sulit untuk menentukkan siapa Gayus yang dimaksudkan itu. Yang pasti, ia sangat berperan dalam jemaat setempat (3 Yoh 1:5). Ia dipuji karena menolong para misionaris yang berkeliling dalam jemaat (ay 5-8).
                        Namun demikian, rupanya hubungan sang penatua dengan Diotrefes tidak beralan mulus. Diotrefes tidak lagi mau mengakui wibawa sang penatua. Tidak langsung dijelaskan tentang apa yang menjadi  persoalan mereka. Diotrefes mungkin merasa terganggu sebagai pemimpin dalam jemaat itu oleh perutusa dari sang penatua. Yang jelas, ada sejumlah utusan yang dikirim oleh sang penatua, ditolak oleh Diotrefes yang ingin menjadi yang terkemuka dalam jemaat. Anggota-anggota jemaat yang menerima utusan-utusan itu malah dikucilkan dari jemaat secara umum. Tentu saja tindakan ini membingungkan jemaat.
                        Akan tetapi, sebaliknya, Gayus menerima para utusan dari sang penatua. Gayus diajak oleh sang penatua untuk berpegang pada yang baik. Surat ini diakhiri dengan salam dari teman-teman Gayus, yang rupanya bersama-sama dengan para penatua, dan juga salam untuk sahabat-sahabat yang tinggal di rumah Gayus. Dalam ayat 12, disebutkan seeorang yang bernama Demetrius. Ia  adalah seorang perantara bagi sang penatua dan jemaat Diotrefes. Sang penatua berharap akan datang sendiri untuk berhadpa muka dengan jemaat. Tampaknya ia berusaha untuk mempertahankan jemaat dan mencegah jemaat itu dari pengaruh Diotrefes. [9]

c.        Pokok Teologis Surat 3 Yohanes
·        Mengambil Bagian Dalam Pelayanan Gereja
                                    Gayus ditampilkan dalam 3 Yohanes sebagai figure yang berjalan pada kebenaran dan telah mendukung pelayanan gerja dengan keramahtamahanannya dalam menerima para misonaris utusan dari penatua dalam rangka pelayanan jemaat. Walaupun utusan itu adalah orang asing (ay. 5), ia telah menolong mereka. Itu merupakan suatu perbuatan yang berkenanan kepada Allah (ay. 6). Sang penatua menyatakan bahwa para misionaris itu melaksanakan tugas mereka semata-mata hanya bergantung kepada dukungan Jemaat Tuhan. Mereka menjalankan tugas itu karena “nama-Nya” (ay. 7), nama Yesus Kristus. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban jemaat untuk mendukung pekerjaan Tuhan. Sang penatua memuji kabaikan Gayus sebagai contoh yang patut ditiru. Dia menyatakan bahwa tindakan menolong para utusan gerejawi itu sebagai tindakan yang wajib dilakukan oleh semua orang Kristen. Dalam hubungan itu, yaitu menolong para utusan itu, Gayus telah mengambil bagian dalam pekerjaan untuk pelayanan. (ay. 8).
                        Sebaliknya, Diotrefes, yang menolak surat yang dikirim oleh sang penatua dan menolak para utusan itu, tidak mau mengakui kewibawaan sang penatus dengan melontarkan kata-kata yang kasar. Lebih dari itu, ia juga mengucilkan jemaat yang menerima para misionaris tersebut (ay. 9,10). Ini merupakan sikap yang negative.
                        Kita tidak segera mengatahui mengapa Diotrefes bertindak demikian. Akan tetapi, sikapnya sangat kasar itu menunjukkan bahwa ia tidak mau mengakui kewibawaan sang penatua dan jemaatnya lagi. Kemungkinan pertama, Diotrefes ingin membebaskan diri dari pengaruh sang penatua atas jemaat yang ia layani itu. Dengan berjalannya waktu, pengawasan kehidupan gereja di bawah pangaruh para rasul beralih kepada para tua-tua dan para misionaris merupakan awal independensi gereja dan organisasi gereja; yang pada awalnya bersifat informal berubah menjadi lebih formal dan kompleks. Situasi ini dapat dilihat sebagai salah satu penyebab sikap Diotrefes itu. Kemungkinan kedua, Diotrefes merasa bahwa kedudukannya sebagai pemimpin gereja setempat ditempati oleh sang penatua, sehingga ia berusaha menggagalkan pengaruh itu dengan bersifat konserfatif dan reaktif. Suatu sikap yang tidak terpuji. Namun, perlu dicatat, tidak ada petunjuk bahwa Diotrefes berseberangan dengan sang penatua dalam hal ajaran. Jika dugaan ini benar, maka persoalan yang dihadapi oleh sang pentua dan Diotrefes menjadi peringatan gereja  agar tidak menjadikan gereja sebagai tempat untuk mencari kedudukan. [10]

INJIL YOHANES

                                                                                                                                                      

Fakta
Statistik
21 pasal, 878 ayat, 19.099 kata
Penulis
Rasul Yohanes ( Yoh 21:20, 24), anak Zebedeus ( Mat 10:2), saudaranya bernama Yakobus dan ibunya bernama Salome ( Mat 27:56Mar 15:40).
Tema
Yesus, Putra Allah; Yesus adalah anak Allah.
Waktu
90 – 100 M
Tempat
Mungkin di Efesus.
Kata Kunci
Kehidupan.
Kristus Di Alkitab
Dia adalah Anak Allah

Latar Belakang
                        Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23Yoh 19:26Yoh 20:2Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
                        Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.

Garis Besar
1.    Prolog: pendahuluan (1:1-18)
Isinya: Firman, Allah (bapa), Yohanes, taurat, orang-orang kepunyaan, hidup abadi: Roh kudus.(Merupakan inti/kisah cinta kasih Allah)
-Madah tentang sabda: Berfungsi sebagai pengantar seluruh injil
2.    Buku tanda-tanda (1:19-12:50)
Yoh 1:11-12: Mewakili tanda-tanda (dalam prolog)
Ay 12: Ringkasan dari kemuliaan, percaya pada tanda maka akan mendapat kemuliaan.
-Berbicara tentang tanda-tanda (mukjizat) yang dibuat Yesus, serta kotbah-khotbah untuk menerangkan tentang tanda-tanda tersebut.
3.    Buku kemulian (13:1-20:31)
Yoh 1:12 (menerimanya: Diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah)
-Berbicara mengenai “saat”: Meliputi wafat dan kebangkitanNya.
4.    Epilog (21:1-25)
-Tanggung jawab kepercayaan.
Tujuan Penulisan
[
Ada dua tujuan dari penulisan Injil Yohanes, diataranya:
1.    Supaya kita percaya kepadaYesus Kristus
2.    Supaya dengan percaya kepadanya kita memperoleh kehidupan
Kata “hidup” sering dipakai dalam Injil Yohanes. Yesus pemberi hidup kekal kepada kita kepada manusia. Sering kali dalam Injil Yohanes menggunakan kata hidup/kehidupan: maka Injil ini sering disebut sebagai “Injil Kehidupan”
Jadi tujuan utama:
Pada akhirnya ialah sama seperti Yesus turun ke dunia, supaya semua orang percaya kepada kepada-Nya, dan karenanya memperoleh hidup kekal.
Ini berarti: Untuk menguatkan iman para pengikut Kristus, sekaligus mengajak orang yang belum percaya supaya percaya kepada Yesus Kristus (pemberi kehidupan ilahi).
 Tujuan lain:
 Untuk melawan pengikut Yohanes pembaptis, memandang Yohanes pembaptis sebagai guru mereka. Dan untuk menyemangati orang-orang Kristen Yahudi yang sudah dikucil oleh saudara-saudaranya dan bangsanya.


   Waktu penulisan
Ditulis sekitar tahun 90-100, alasannya ialah:
1.    Di Mesir ditemukan fragmen-fragmen Injil Yohanes (menurut para ahli purbakala berasal dari tahun 135-150 dari awal abad II) fragmen-fragmen itu disebut Papyrus Rylands 475. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penulisannya sudah pasti Injil Yohanes ditulis jauh sebelum penyebarannya ke Mesir.
2.    Ada suatu buku di temukan di Mesir yang sezaman dengan Papyrus Rylands 475. Ini merupakan karya yang ditulis berdasarkan Injil-Injil sipnoptik dan juga Injil Yohanes. Jadi sudah tentu Injil Yohanes sudah ditulis jauh sebelumnya.
3.    Dalam tulisan-tulisan Ignasius dari Anthiokhia (kurang lebih tahun 110) ada kalimat yang rupanya diambil dari Injil Yohanes. Ini mengandaikan bahwa Injil Yohanes sudah ditulis  sebelum tahun diatas. Mungkin antara 90-100

   Penulisan yang mengalami proses
Jika penulisan Injil Yohanes dilakukan antara tahun 90-100 bukan berarti Injil ini langsung sekali jadi, tapi memerlukan proses.
Paling tidak ada dua tangan yang menulis Injil Yohanes ini dapat dilihat dari:
1.    Ada dua penutup Injil (20:30-31) dan (21:24-25).
2.    Urutan bab 5,6,dan 7 tidak begitu logis kalau dibalik 6-5-7 6: Yesus di Galilea; Yoh 4 juga di Galilea 5: Yesus berangkat ke Yerusalem kalau urutannya dibalik menjadi bab 6-5 dan bab 7:  Yesus berada di Yerusalem dan di Yudea
3.    Pada 14:31, Yesus mengakhiri kotbahnya tapi masih berbicara panjang lebar sampai 18:1
4.    Ada bagian yang nampak di perdobelkan misalnya, 5:19-25 sama dengan 5:26-30, bab 14 sama dengan bab 16
Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa temuan ini, maka dapat kita simpulkan bahwa paling tidak mengandaikan dua tangan atau lebih yang menggarap Injil ini.[11]
Beberapa Tema Teologis
Logos atau Firman
Gagasan tentang logos memiliki latar belakang yang luas, baik dalam dunia Yahudi maupun Yunani. Tetapi gagasan logos dalam Injil Yohanes memiliki maksud-maksud tertentu, diantaranya: pertama,
a.       Yohanes merujuk kepada keadaan sebelum penciptaan untuk menggambarkan hubungan Yesus dengan Bapa (1:1). Hal ini dikaitkan dengan Kejadian 1:1 "pada mulanya" yang ingin menekankan tentang keberadaan firman sebelum segala sesuatu ada.Yohanes 1:1 secara jelas juga ingin menyatakan keilahian firman itu, bahwa firman itu memiliki sifat Allah. 
b.      Yohanes menyatakan kalau firman itu berperan dalam penciptaan dunia (1:3), ia tidak membedakan antara kuasa penciptaan yang dimiliki Logos dan Allah. Logos juga dibedakan dari hasil ciptaan dengan menggunakan kata "ada" sedangkan untuk menciptakan ia menggunakan kata "diciptakan".
c.       Yohanes mengaitkan Logos dengan manusia (Yohanes 1:14), Logos itu menjadi manusia melalui nubuatan nabi dimana firman Tuhan memberikan kekuatan dan pemenuhan hidup. Bagi Yohanes, "daging" menandakan bahwa Logo menjadi manusia secara utuh.
Kesatuan Bapa dan Anak
Injil Yohanes menekankan kesatuan yang kuat antara Bapa dan Anak (Yohanes 10:30), hal ini juga nampak dalam Yohanes 1:1 bahwa pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Penekanan ini jelas terlihat dari ungkapan "Aku dan Bapa adalah satu", atau "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau (Bapa)".
Kata-kata: "Aku adalah" atau "Akulah"
Ini merupakan ungkapan yang bersifat pernyataan kepada para pendengar dan pembaca, dan dalam Injil Yohanes ungkapan ini seringkali digunakan, seperti 'Akulah Roti Hidup" (6:35, 48), "Akulah terang dunia" (8:12), 'Akulah pintu bagi domba-dombaKu" (10:7), dll. Kata seperti roti, terang, pintu, merupakan unsur yang penting bagi orang-orang pada zaman itu, dengan demikian ingin menunjukkan betapa pentingnya Yesus dalam kehidupan mereka. Penggunaan ungkapan "Aku adalah...." ingin menekankan keilahian Yesus sebagai Tuhan yang datang ke dalam dunia untuk memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya padaNya.[12]
Roh Kudus.
Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-Injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
1.      Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
2.      Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
3.      Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
4.      Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
5.      Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
6.      Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
7.      Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
8.      Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Keunikan
·        Tidak pernah menyebut nama "Yohanes" bin Zebedeus, saudara Yakobus, yang merupakan salah satu 3 murid terkemuka Yesus Kristus.
·        Menyebut "Yohanes Pembaptis" hanya dengan nama "Yohanes", padahal istilah "Pembaptis" dipakai di Injil-Injil lain (justru untuk membedakan dengan Yohanes, murid Yesus).
·        Tidak pernah menyebut nama "Maria", yang melahirkan Yesus, tetapi selalu menggunakan istilah "ibu-Nya".
·        Menggunakan sekitar 90 istilah bahasa Yunani yang tidak dijumpai di Injil-Injil lain.[13]







KESIMPULAN


                                  Yang dapat kelompok kami simpulkan mengenai pembahasan Surat-surat Yohanes dan Injil Yohanes. Yakni ada perbedaan-perbedaan antara Injil Yohanes dan penulis Surat 1 Yohanes, baik dari sebutan yang digunakan dalam kitab-kitab tersebut. Dalam Surat 1 Yohanes, tidak terdapat kutipan dari Perjanjian Lama. Sedangkan, Injil Yohanes banyak mengutip dari Perjanjian Lama. Dalam Surat 1 Yohanes membahas tentang jemaat yang terpecah, terlibat dalam perdebatan dan membela ajaran yang benar. Dan Surat 1 Yohanes menegaskan bahwa siapa yang menyangkali Yesus adalah Kristus, ia adalah antikristus. Dalam Surat 2 Yohanes membahas jemaat yang dibingungkan dengan ajaran sesat, dimana seorang penatua menyebut para pengajar sesat yang tidak mengakui Yesus Kristus datang sebagai manusia mereka juga disebutkan antikristus dan hal ini membuat jemaat menjadi bingung. Surat 3 Yohanes membahas jemaat yang bingung dengan dua kepemimpinan yang tidak sejalan, dan surat ini dialamatkan kepada seorang yang bernama Gayus. Kitab ini menampilkan hubungan sang penatua dan Diotrefes yang tidak berjalan mulus. Selanjutnya Injil Yohanes, Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Injil Yohanes menggagaskan tentang logos dan menekankan kesatuan yang kuat antara Bapa dan Anak.




DAFTAR PUSTAKA


-         Hakh, Samuel Benyamin. Perjanjian Baru. Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya. (Bandung : Bina Media Informasi

-         Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru. (Jakarta : bpk Gunung Mulia
                         
-         May, Herbert G. and Bruce G. Metzger, The New Oxford Annotated Bible with the Apocrypha, Revised Standard Version, New York: Oxford University Press, 1977, p. 1286



[1] Samuel Benyamin Hakh., Perjanjian Baru. Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya. (Bandung : Bina Media Informasi), hal 350-352
[2] Samuel Benyamin Hakh, hal 353-354
[3] Samuel Benyamin Hakh, hal 355-360
[4] Samuel Benyamin Hakh. hal 361-362
[5] Willi Marxsen., Pengantar Perjanjian Baru. (Jakarta : bpk Gunung Mulia), 329
[6] Samuel Benyamin Hakh, hal 362
[7] Samuel Benyamin Hakh, hal 362-363
[8] Samuel Benyamin Hakh, hal 363-365
[9] Samuel Benyamin Hakh, hal 365-366
[10] Samuel Benyamin Hakh, hal 366-368
[11] http://ringkasan-injil-yohanes.blogspot.co.id/2015/01/ringkasan-injil-yohanes.html?m=1
[12] Samuel Benyamin Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 302-310.
[13] May, Herbert G. and Bruce G. Metzger, The New Oxford Annotated Bible with the Apocrypha, Revised Standard Version, New York: Oxford University Press, 1977, p. 1286

Komentar

  1. "Pertama, Yohanes menyatakan bahwa ada dua kemungkinan bagi seseorang dalam menyatakan sikap" sikap apa saja itu ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsiran Roma 12 : 1-8 “Persembahan Yang Benar”

Khotbah Kitab Obaja 1:1-16