RIngkasan Teknik Berkhotbah
Nama : Sara Claudia Tuwomea
Nim : 201541283
Mata Kuliah : Homiletika
Dosen : Pdt. Thelma S. Walangare M.Th
Ringkasan
1.
Teknik Mengawali Khotbah
A.
Pakailah cerita
sebagai pembuka khotbah
Cerita mempunyai daya pikat untuk menarik perhatian
jemaat untuk mendengar khotbah yang akan kita sampaikan. Apalagi kalau cerita
itu memiliki relevansi yang kuat dengan tema atau topik khotbah yang akan kita
sampaikan kepada jemaat.
B.
Pakailah
pertanyaan sebagai pembuka khotbah
Pertanyaan yang akan diajukan dapat membuat jemaat
untuk berpikir dan perhatian tertuju kepada khotbah, dan disini akan terjadi
interaksi anatara pengkhotbah dan jemaat.
C.
Pakailah
pendapat para ahli
Mengutip pendapat dari para ahli dapat memperkuat
materi khotbah yang akan kita sampaikan dan dapat memberikan pengaruh
tersendiri bagi jemaat.
D.
Pakailah data
Dalam khotbah ketika kita menggunakan data yang
akurat maka khotbah tidak bisa dibantah, dan jika digunakan dengan benar maka
maka data bisa sangat efektif untuk pembuka khotbah kita.
E.
Pakailah
intermezzo
Intermezo digunakan untuk mencairkan suasana dan
membangun hubungan dengan jemaat dalam penyampaian khotbah. Karena intermezzo
bisa menjadi jembatan penghubung untuk menyiapkan jemaat untuk berkonsentrasi
mendengarkan khotbah.
2.
Dinamika dalam berkhotbah
A.
Dinamika Khotbah
: antara persiapan dan kuasa roh kudus
Teknik khotbah yang bertanggungjawab adalah teknik
khotbah yang seimbang, artinya pengkhotbah harus mempersiapkan khotbah
semaksimal mungkin sambil tetap terbuka pimpinan spontan Roh Kudus. Karena
keseimbangan ini menuntut kita untuk tetap bertanggungjawab dan tetap
bergantung pada kuasa Roh Kudus.
B.
Dinamika Khotbah
: antara naskah, isi dan keluwesan
1.
Tidak terpaku
pada naskah khotbah, tetapi isi khotbahnya bermutu dan pengkhotbah harus luwes
menyampaikannya. Artinya tidak terikat dengan membaca naskah khotbah terus
menerus karena seorang pengkhotbah dituntut untuk tidak terlalu terpaku pada
naskah khotbah. Tetapi isi khotbahpun harus bermutu dan memiliki keluwesan dala
menyampaikan khotbah.
2.
Terpaku pada
naskah khotbah, isi. Seorang pengkhotbah jangan senang jika orang berkata
khotbah baik karena khotbah harus sampai pada perubahan dan peneguhan sikap
dari pendengarnya. Pengkhotbah yang terpaku pada naskah khotbah artinya tidak
berinteraksi dengan jemaat
3.
Tidak terpaku
pada naskah khotbah, isi khotbahnya tidak bermutu, tetapi si pengkhotbah luwes
menyampaikannya. Hal seperti ini terjadi ketika pengkhotbah tidak mempersiapkan
diri dengan baik, walaupun ia luwes tapi khotbahnya tidak bermutu. Akibatnya
isi khotbah hanya kutipan ayat tanpa penguraian yang dalam dan aplikasi yang
tidak tepat.
4.
Terpaku pada
naskah khotbah, tetapi isi khotbahnya tidak bermutu ditambah si pengkhotbah
kaku menyampaikannya. Pengkhotbah yang seperti ini gagal dalam pembertiaan
firman, karena walaupun si pengkhotbah membaca naskah khotbah tapi tetap saja
tidak mampu mengembangkan apa yang ia persiapkan sehingga terkesan monoton dan
tidak ada penggalian alkitab yang komprehensif dan aplikatif.
3.
Teknik membuat khotbah menjadi relevan
A.
Mengubah bahasa
konseptual menjadi bahasa gambar
Bahasa gambar adalah bahasa yang menimbulkan
sentuhan pada panca indra, hidup bergerak, berperasaan, berwarna, penuh kiasan,
membangkitkan imajinasi pendengar. Ketika pengkhotbah melakukannya dengan
menggunakan bahasa gambar maka dampaknya langsung dirasakan pendengar karena
mereka tidak perlu duakali mencerna apa
yang dimaksud pengkhotbah.
B.
Mengubah gaya
berkhotbah otoriter menjadi khotbah percakapan
Pada masa ini jemaat lebih dapat menerima khotbah
dengan nada percakapan dimana jemaat dianggap sebagai teman biacara yang baik.
sebelum berkhotbah, pengkhotbah dapat memberi salam sehangat mungkin dan senyum
yang lebar kepada jemaat, dan sesekali menempatkan humor-humor kecil yang
membuat khotbah tetap segar.
C.
Mengubah hal-hal
teoritis menadi praktis
Khotbah yang miskin ilustrasi dan aplikasi akan
membuat jemaat merasa tisak mendapat apa-apa karena perlu disadari jemaat
datang kegereja bukan untuk mendapatkan informasi melainkan transformasi. Untuk
itu pengkhotbah memerlukan strategi komunikasi yang jitu, salah satu cara
paling efektif untuk mengajarkan nilai praktis kebenaran firman Tuhan yaitu
dengan mensharingkan pergumulan pengkhotbah dalam melakukan kebenaran. Kesan
yang ditimbulkan pengkhotbah akan berdampak pada khotabh kita selanjutnya.
4.
Struktur-struktur khotbah
A.
Struktur tiga
bagian



B.
Struktur lima
kalimat





C.
Struktur : 5 W 1
H
What, who, when, where, why, how
5.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
A.
Pakaian atau
busana
Pengkhotbah sebaiknya jangan menggunakan pakaian
yanga aneh-aneh dan berwarna terlalu menyala serta menyesuaikan dengan
lingkungan jemaat.
B.
Penampilan
pengkhotbah
Baik gaya berjalan, waja tatapan mata dan cara berbicara
berhubungan erat dnegan kualitas. Pengkhotbah harus percaya diri tanpa ada yang
harus dikhawatirkan.
C.
Kontak mata
Pengkhotbah perlu membiasakan diri dalm kontak mata
karena menolong pengkhotbah menguasai suasana dalam ruangan, sehingga menuntut
seorang pengkhotbah memberikan tatapan sambil tersenyum.
D.
Gestur dan
volume suara
Gerakan tubuh mencakup ekspresi wajah, posisi
berdiri dan isyarat tangan. Kemudian
intonasi suara serta volume menyesuaikan dengan teks yang dibacakan yang
terpenting bahasa yang disampaikan pengucapannya jelas.
6.
Mengakhiri khotbah
A.
Aplikasi



B.
Kesimpulan
Khotbah
Kesimpulan adalah intisari dari keseluruhan isi
khotbah yang dibuat dalam sebuah kalimat maupun paragraf. Dalam kesimpulan
tampak klimaks dan tujuan khotbah dan memberikan dorongan kepada pendengar
serta menggerakan mereka dalm sikap hidupnya.
C.
Memberi kesan




Komentar
Posting Komentar